KB DMPA
2.2 Keluarga Berencana
Keluarga
Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia dan sejahtera (BKKBN, 1995). Salah satu tugas pokok pembangunan
keluarga berencana adalah melalui pengaturan kelahiran. Dalam kaitan ini
kebijakan yang dapat dilakukan adalah hal yang berkaitan dengan jumlah anak
ideal, jarak kelahiran anak yang ideal, dan usia ideal untuk melahirkan
(Wilopo, 1994 cit Glory, 2005).
Tujuan
Keluarga Berencana yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan
ibu, anak, keluarga dan bangsa serta meningkatkan taraf kehidupan rakyat dengan
cara menurunkan angka kelahiran. Peningkatan kesehatan ibu dan anak dapat tercapai
dengan peningkatan pelayanan ibu hamil, pelayanan antara jarak kehamilan
ataupun pengakhiran masa kesuburan wanita. Dengan Keluarga Berencana dapat
dicegah kehamilan resiko tingi seperti grandemultiparitas, kehamilan pada usia
muda atau usia lebih dari 35 tahun dan sebagainya, sehingga kematian ibu dan
anak dapat diminimalisasi.
2.3 Kontrasepsi
Kontrasepsi
berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel
pria) yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari
atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur
yang matang dengan sel sperma tersebut (Manuaba, 1998).
Kontrasepsi
merupakan cara untuk mengatur kehamilan yang cukup efektif setelah program KB
dilaksanakan. Menurut (Cuning Ham, dkk 1995 cit. Glory, 2005), bila Pasangan
Usia Subur (PUS) tidak menggunakan kontrasepsi dalam hubungan seksual mereka,
sekitar 90% wanitanya akan hamil dalam waktu 1 tahun. Di Indonesia alat
kontrasepsi yang telah dikembangkan menjadi program adalah pil, suntik, IUD,
dan implant serta kontap pria (BKKBN 2003).
Pemakaian
kontrasepsi diupayakan untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada
usia muda dan dalam rangka merencanakan pembentukan keluarga kecil bahagia
sejahtera terbagi atas 3 masa usia reproduksi, pertama : masa menunda kehamilan
bagi pasangan usia subur dengan istri usia dibawah 20 tahun, dianjurkan untuk
menunda untuk menunda kehamilannya, kedua : masa menjarangkan kehamilan periode
usia 20-35 tahun merupakan usia yang paling baik untuk melahirkan dengan jumlah
anak 2 orang dengan jarak kelahiran 3-4 tahun, ketiga : masa mengakhiri
kesuburan periode diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri setelah memiliki 2 orang
anak atau lebih (BKKBN, 1996).
Penggunaan
kontrasepsi rasional, adalah masa menunda kesuburan atau mencegah kehamilan,
usia ibu dibawah 20 tahun dengan menggunakan kontrasepsi pil, AKDR, atau cara
sederhana : masa menjarangkan kehamilan merupakan periode yang paling baik
untuk melahirkan yaitu usia ibu 20-35 tahun dan jumlah anak 2 orang serta jarak
kelahiran 2-4 tahun dengan menggunakan kontrasepsi AKDR, suntikan, implant,
pil, atau cara sederhana : masa mengakhiri usia 30-40 dengan kontap, AKDR, implant,
suntikan, atau cara KB sederhana dan usia diatas 40 tahun dengan kontap atau
AKDR. Pemakaian metode kontrasepsi ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik
calon akseptor yang meliputi pendapatan keluarga, umur ibu, tingkat pendidikan,
dan jumlah anak yang dimiliki (BKKBN, 1998).
Kontrasepsi
suntikan di Indonesia merupakan salah satu kontrasepsi yang populer. Di
negara-negara berkembang masyarakat lebih menyukai suntikan karena berbagai
obat suntikan telah terbukti efektif terhadap penyembuhan penyakit. Kontrasepsi
suntik ada bermacam–macam antara lain yaitu Norethindrone
Enanthate (Net-En) dengan nama dagang Noristerat.
Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) dengan nama dagang Depo-provera, Cyclofem, Depo-progestin,
dan lain – lain.
2.4 Suntikan DMPA (Depo
Medroxy Progesterone Acetat)
1.4.1
Pengertian
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) adalah cairan yang berisi hormon progesteron yang diberikan dalam waktu tiga bulan secara injeksi Intramuscular (IM) (Manuaba,1998).
1.4.2
Komposisi
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) mengandung medroxyprogesteron
asetat 25 mg diberikan setiap 3 bulan. DMPA
(Depo
Medroxy Progesterone Acetat) yang
kuat dan sangat efektif. DMPA (Depo
Medroxy Progesterone Acetat) juga
populer karena dirasakan lebih praktis dibanding cara-cara lain. Wanita hanya
memerlukan satu kali suntikan dalam 12 minggu dibandingkan dengan harus menelan
pil tiap hari atau harus mengukur suhu basal tiap hari pada KB alami. Suntikan
tidak berhubungan dengan waktu coitus
dan wanita tidak perlu menyimpan obatnya, mereka dapat menghentikan
penggunaannya hanya dengan tidak disuntik lagi.
1.4.3. Efektifitas
DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 0.1-0,4 per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat). DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) dengan daya kerja konservatif
yang paling sering dipakai 25 mg setiap 3 bulan adalah dosis yang tinggi. DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) diberikan
setiap tiga bulan dengan suntikan intramuskular.
Klien diminta datang setiap 12 minggu, suntikan ulang dapat diberikan 7 hari
lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga
diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan, asal saja diyakini
perempuan tersebut tidak hamil.
1.4.4
Mekanisme
a. Menekan terjadinya ovulasi melalui penekanan faktor pelepasan follicle stimulating hormone (FSH) dari hipotalamus ke pituitari dan Luteinizing Hormone (LH) ditekan dengan cara yang sama, maka
terjadinya ovulasi juga dihambat.
b. Mengubah jumlah dan konsistensi mukosa kelenjar serviks
lebih pekat sedemikian rupa sehingga menghambat masuknya sperma dan dengan
demikian mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi.
c. Efek yang tidak langsung terjadi pada endometrium karena gangguan keseimbangan
hormonal terjadi penipisan sehingga nidasi telur yang telah dibuahi terhambat.
Setelah suntikan pertama biasanya pada awal siklus haid, 2-3 hari kemudian stadium proliferasi dan sekresi akan
dihambat atau ditekan. Pada hari ke 20-30 sesudah suntikan akan terjadi
penipisan dan atrofi dari endrometrium.
d. Penggunaan yang terus-menerus dapat
mengganggu kontraksi tuba fallopi
sehingga perjalanan telur terhambat.
1.4.5
Waktu
Penyuntikan
Suntikan
pertama dapat diberikan setelah hari ke 7 siklus haid. Tehnik penyuntikan ialah
secara intramuscular, dengan mengocoknya
terlebih dahulu agar obatnya larut dan semua obat harus dihisap seluruhnya.
Serta jangan melakukan masase pada tempat suntikan karena akan menyebabkan
lepasnya obat dari suntikan sehingga masa efektif kontrasepsinya menjadi lebih
pendek (Hartanto, 2003).
1.4.6
Indikasi
dan Kontraindikasi
a. Indikasi
Saifudin
(2006) menyatakan indikasi kontrasepsi DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat)
antara lain:
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum
memiliki anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan
efektivitas yang tinggi
4) Pascapersalinan dan tidak menyusui
5) Anemia
6) Nyeri haid hebat
7) Haid teratur
8) Riwayat kehamilan ektopik
9) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
b. Kontra indikasi
Saifudin (2006) menyatakan kontra
indikasi kontrasepsi DMPA (Depo
Medroxy Progesterone Acetat) antara lain:
1) Hamil atau diduga hamil
2) Menyusui di bawah 6 minggu pasca
persalinan
3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya
4) Penyakit hati akut (virus hepatitis)
5) Usia lebih 35 tahun yang merokok
6) Riwayat penyakit jantung, sroke, atau
dengan tekanan darah tinggi (>180/110 mmHg)
7) Riwayat kelainan trombolemboli atau dengan kencing manis >20 tahun
8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan
sakit kepala atau migrain
9) Keganasan pada payudara.
1.4.7
Keuntungan
Beberapa
keuntungan kontrasepsi DMPA (Depo
Medroxy Progesterone Acetat) ialah tidak berpengaruh pada hubungan suami
istri, mencegah anemia, khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium,
mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium, melindungi penyakit
radang panggul,tidak diperlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, klien tidak
perlu menyimpan obat suntik (Saifudin, 2006). Beberapa kerugiannya adalah tidak
bisa menghindari Penyakit Menular Seksual (PMS) atau infeksi vagina karena
jamur, terjadi perubahan pola haid, penambahan berat badan, nyeri payudara
ringan dan sakit kepala ringan (BKKBN, 2001).
1.4.7.1 Efek Samping dan Cara Penanggulangannya
Efek
samping adalah masalah kesehatan yang timbul setelah pemakaian alat atau yang
sifatnya tidak serius. Menurut Dr. Biran Affandi (1999) pemakaian progesteron
secara berlebihan ternyata mempunyai efek samping meliputi nafsu makan
meningkat, berat badan bertambah, cepat lelah, depresi, libido berkurang, acne,
lama haid berkurang, nyeri kepala. Efek samping yang berat adalah trombo emboli
yang terjadi karena peningkatan aktifitas, faktor-faktor pembekuan. Sedangkan
pemakaian estrogen secara berlebihan
mempunyai efek samping meliputi mual, nyeri payudara, pertambahan berat badan,
leukore, nyeri kepala. Efek samping yang berat adalah komplikasi trombo emboli dan myoma uteri yang tumbuh membesar. Pemakaian kontrasepsi DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) mempunyai efek samping diantaranya adalah :
a. Amenore
Penyebab: karena kontrasepsi
kombinasi menimbulkan perubahan histologi pada endometrium sampai pada atropi
endometrium.
Penanggulangan: Bila tidak
menimbulkan kegelisahan, akseptor dapat menerima dan mengerti bahwa amenore
merupakan ciri khas kontrasepsi suntikan bukan karena kehamilan dan tidak perlu
pengobatan.
b.
Perdarahan
atau spotting
Penyebab : masih belum pasti
atau jelas dan tampaknya tidak ada hubungan dengan perubahan–perubahan dalam
kadar hormon.
Penanggulangan: Perdarahan
yang terjadi merupakan hal biasa karena penggunaan kontrasepsi suntikan, dan
tidak perlu pengobatan khusus.
c. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
Merupakan keluhan subyektif
yang sering muncul pada pemakaian alat kontrasepsi suntik DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat).
Penyebab: karena reaksi tubuh terhadap
progesteron dan estrogen.
Penanggulangan: dijelaskan
bahwa keluhan tersebut bersifat sementara dan keluhan seperti ini akan hilang
setelah suntikan kedua atau ketiga.
d. Kenaikan berat badan
Penyebab: karena DMPA (Depo Medroxy Progesterone Acetat) mengandung hormon progesteron yang dapat merangsang pusat pengendali nafsu makan di
hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
Penanggulangan: Dengan
mengurangi porsi makan dengan diet, bila dengan cara diet tidak menolong dan
berat badan terus bertambah dianjurkan untuk ganti kontrasepsi lain.
e. Acne atau jerawat
Penyebab: progesteron dan estrogen
yang menyebabkan peningkatan kadar lemak.
Penanggulangan: Memberikan
penjelasan bahwa hal itu merupakan efek dari suntikan, anjurkan untuk
mengurangi makan makanan yang berlemak, anjurkan untuk menjaga kebersihan
wajah, bila tidak hilang juga dan makin bertambah banyak dianjurkan untuk ganti
kontrasepsi lain.
Komentar
Posting Komentar