KELAINAN KONGENITAL
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin
yang terjadi sejak konsepsi dan selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20%
dari kematian janin dalam kandungan dan kematian neonatal disebabkan oleh kelainan
kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah diperkirakan kira-kiraa
20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu pertama
kehidupannya. Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya
keguguran, lahir mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih
sangat tinggi pada bayi yang mengalami penyakit bawaan. Salah satu sebab
morbiditas pada bayi adalah atresia duedoni esophagus, meningokel eosephalokel,
hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan metabolik dan endokrin.
Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan
kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Dari uraian diatas
diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara terpadu. Dari
masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama dengan
dapat untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika
kondisi lebih parah kita harus melakukan rujukan.
Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan
Neonatus dengan Cacat Bawaan dan Penatalaksanaannya” ini disusun untuk
mengkaji lebih jauh mengenai neonatus dengan kelainan kongenital serta
penatalaksanaannya sehingga sebagai seorang bidan kita mampu memberikan asuhan
neonatus dengan tujuan meminimalisir angka kematian dan kesakitan pada
neonatus sehingga tugas mutlak seorang bidan dan terpenuhi dengan baik.
B. Tujuan
Adapun
Tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kelainan
congenital/ cacat bawaan pada neonatus.
2. Untuk mengetahui penyebab kelainan
congenital
3. Untuk mengetahui diagnosis kelainan
kongenital
4. Untuk mengetahui kelainan kongenital
pada neonatus dan penatalaksanaannya
5. Untuk mengetahui cara pencegahan
kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonates
C.
Manfaat
a) Manfaat Teoritis
Dari segi ilmiah, makalah ini
diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya permasalahan yang
berhubungan abortus .
b)
Manfaat Praktis
1.Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan berguna untuk mahasiswa sebagai
masukan, menambah wawasan dan acuan makalah selanjutnya.
2. Bagi Penulis
makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi penulis dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali
sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah
kelahiran. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian
bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan
kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam
terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar,
umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula
sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan
kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan
laboratorium untuk menegakkan diagnosa kelainan kongenital setelah bayi
lahir dikenal pula adanya diagnosis pre/- ante natal kelainan kongenital dengan
beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi,
pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
B.
Diagnosis
Kelainan
kongenital seperti anensefalus, fokomelia ( akibat thalidomide) setelah
bayi lahir mudah di diagnosa.
Beberapa
pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis adalah :
1. Anamnesis tentang kelainan-kelainan
dalam keluarga
2. Kelainan dalam kehamilan, misalnya
adanya hidramnion, kematian janin dalam rhim, dan sebagainya
3. Pemeriksaan sel-sel dalam air
ketuban melalui amniosentesis
4. Pemeriksaan radiologik
5. Ultrasonografi
C. Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital
sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor
secara bersamaan.
Beberapa faktor
etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara
lain:
1) Kelainan
Genetik dan Kromosom
Kelainan
genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti
hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan
sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai
unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan
kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat
diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta
telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh
kelainan kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma down. Kelainan pada
kromosom kelamin sebagai sindroma turner.
2) Faktor Mekanik
Tekanan mekanik
pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ
tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam
pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu
organ.
3) Faktor Infeksi
Infeksi yang
dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode
organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Infeksi pada trimesrer
pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula
meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada
trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita
kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran
sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain
pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain
ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan
kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system
saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4) Faktor Obat
Beberapa jenis
obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga
sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya.
Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan
kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan
tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan
kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara
pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini
kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum
obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan
ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya
terhadap bayi.
5) Faktor Umur Ibu
Telah diketahui
bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia
di atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.
6) Faktor hormonal
Faktor hormonal
diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus
kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan
dengan bayi yang normal.
7) Faktor radiasi
Radiasi pada
permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital
pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua
dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali
dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi
untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa
kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8) Faktor gizi
Kekurangan
beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada janin. Frekuensi
kelainan kongenital lebih tinggi pad ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama
kehamilan. Salah satu zat dalam pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan
asam folat dapat meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan
tabung saraf lainnya.
9) Faktor-faktor
lain
Banyak kelainan
kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya
sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor
penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga
dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak
diketahui.
D. Macam-Macam Kelainan Kongenital/
Cacat Bawaan Pada Neonatus
1. Encephalocele
-
Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah
oksipital dimana terjadi penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan
cairan liguor.
-
Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin
jaringan otak kemudian menutup cacat tersebut
-
Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu
lesi ditutupi kassa steril atau kassa yang tidak lengket, pertahankan suhu
tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat lingkar kepala, foto
tulang belakang, foto lesi.
-
Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi,
posisi bayi di ubah tiap 1 jam, monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala
tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan pada orang tua mengenai
kelainan ini.
2. Hidrocephalus
Ø Definisi: keadaan dimana terjadi
penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi
besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter,
sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
Ø Hidroscephalus ada dua, yaitu:
a. Hidrocephalus tak berhubungan
(obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS dihambat di suatu tempat
di dalam sistem ventrikel
b. Hidrosefalus berhubungan
(komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel di absorbsi dari
ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
Ø Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor
(sering terdapat pada bayi) yaitu kelainan bawaan, infeksi, perdarahan, sekres
yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
Ø Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala,
kesadaran menurun, kepala besar, sutura tengkorak belum menutup dan teraba
melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar melebar atau
tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang
menipis, tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah.
Ø Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT
Scan, Ventrikulografi
Ø Ada tiga prinsip pengobatan
hidrosefalus:
a. Mengurangi produksi CSS yaitu
merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan. Obat diamox mempunyai
khasiat inhibisi pembentukan CSS.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan
tempat absorbsi yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
c. Pengeluaran cairan CSS ke dalam
organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena jugularis dan jantung
melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu arah.
Tindakan ini mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis
Ø Penatalaksanaannya:
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan
makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika kesadaran mulai ada dapat
diberikan susu per oral.
b. Pasien dipasang infus dengan cairan
glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak
terlalu cepat karena dapat menampah tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal
yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap
kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam,
jika tampak kulit kemerahan posisi di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan
tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap
pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa
penyakit ini berat dan sukar pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3.
Labioskizis dan Labiopalatoskizis
-
Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan
bawaan yang terjadi pada bibir bagian atas serta langit-langit lunak dan
langit-langit keras mulut.
-
Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan pada
penyambungan bibir bagian atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
-
Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran
abnormal yang melewati langit-langit mulutdan menuju ke saluran udara di
hidung.
-
Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang
dapat menyebabkan kelainan pada janin, contohnya virus atau bahan kimia).
-
Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung,
tampak sebagian atau keduanya dan adanya celah pada bibir. Palatoskisis yaitu
tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada hidung, distorsi hidung, teraba
ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari, kesukaran
dalam menghisap atau makan.
-
Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya
otitis media, aspirasi, disstress pernapasan.
-
Penatalaksanaan:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan
posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum dengan menggunakan sendok
atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15 mL-30 mL minuman
yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan pada orang tua tentang
prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus, perhatikan keadaan umum
bayi.
c. Jelaskan pembedahan pada labio
sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan usia 2-3 hari atau sampai
beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6 bulan dan 5
tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan.
Untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10
minggu (3 bulan), >5 kg, leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum
dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara. Awal
fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur perawatan setelah operasi:
rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat menggunakan jari-jari dengan
cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila sudah toleran
berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan
ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting untuk saat ini, adalah memberi bayi
cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai operasi dapat dilakukan.
Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap menyusui. Apabila
kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan
nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
4.
Atresia esofagus
-
Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang
biasanya disertai kelainan bawaan lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan
kelainan gastrointestinal.
-
Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara
multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom Trisomi 21,13, dan 18.
-
Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan
berbuih, apabila air liur masuk ke dalam trakea akan terjadi aspirasi
-
Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru
lahir dengan kurang bulan. Bayi tersebut sering mengalami sianosis apabila
cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
-
Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi
diletakkan setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam
lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi dirawat
dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan pengisapan lendir, rangsang
bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5.
Atresia Ani dan Recti
-
Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak
komplit perkembangan embrionik pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya
secara abnormal.
-
Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum
anorektal.
-
Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah
lahir dan tidak terdapat defekasi mekonium atau urine bercampur mekonium
-
Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang
lebih rendah atau pada anus, membran anus menetap, anus inperforata dan ujung
rektum yang buntu terletak pada macam-macam jarak dari perinium, lubang anus
terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
-
Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum
kepatenan rektum dan dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan jari atau
termometer yang dimasukkan sepanjang 2 cm ke dalam anus, kalau ada kelainan
termometr dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal dan terdapat
penyumbatan lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam
setelah lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan
radiologi untuk mengetahui sampai dimana terdapat penyumbatan.
-
Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal,
fisula yaitu dengan kolostomi sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan
koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi dan penjelasan kepada orang tua
mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan. Sebelum
pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan
observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama
hanya dibuatkan anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan
operasi tahapan kedua. Perawatan pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan
kepada orang tua cara merawat anus buatan dan menganjurkan agar konsultasi
secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di lakukan oprasi tahap
kedua tepat pada waktunya.
6. Hirschsprung
-
Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel
ganglion para simpatis dari pleksuss messentrikus / aurebach pada kolon bagian
distal
-
Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus
sampai sigmoid, segmen panjang : kelainan melebihi sigmoid bahkan dapat
mengenai seluruh kolon atau usus halus.
-
Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium
yang lambat keluar ( lebih dari 24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna
hijau.
-
Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan
jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan
mekonium atau tinja yang menyemprot.
-
Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa
rektum (merupakan tindakan sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam
fisiologis (bila ada instruksi dokter), memberikan yang bergizi serta mencegah
terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi gangguan defekasi (obstipasi).
7. Spina
Bifida
-
Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan.
Ada sebagian komponen tulang belakang yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada
tulang lamina yang menutupi sumsum atau susunan sistem saraf pusat di tulang
belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai sejak dalam masa pembentukan bayi
dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada masa ini janin
sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu ada gangguan,
tulang belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup. Kemungkinan
penyebab gangguan ini adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat. Pada
proses perkembangan tulang belakang dengan sarafnya itu, awalnya tulang
belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi dalam perkembangannya
kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum tulang. Kalau ada
gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya jadi tertahan. Karena
tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum tulang jadi tersangkut pada
bagian tulang yang berlubang (defect) tadi, sehingga sumsum tulang keluar dan
menonjol. Isinya bisa hanya berupa selaput saraf dengan air saja atau
saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol. Sebetulnya, kelainan ini bisa
dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau dengan pemeriksaan
cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi terkena
kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
-
Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada
beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa
anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami
kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun akar saraf
yang terkena.
-
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di
punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada
pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia
tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap
infeksi (meningitis).
Gejala pada spina bifida okulta:
a. Seberkas rambut pada daerah
sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sakrum.
-
Terdapat beberapa jenis spina bifida:
a. Spina bifida okulta : merupakan
spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa
vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya
(meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol
melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi
cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida
yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak
kasar dan merah.
- Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Rontgen tulang belakang untuk
menentukan luas dan lokasi kelainan.
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan
adanya kelainan pda korda spinalis maupun vertebra.
c.
CT scan atau MRI tulang belakang
kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
-
Penatalaksanaan :
a. Resiko terjadinya spina bifida bisa
dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kekurangan asam folat pada seorang
wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini
terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita
hamil adalah 1 mg/hari.
b. Biasanya kalau ada kelainan bawaan
yang berat dan dapat mengancam nyawa si bayi, maka begitu lahir sudah disiapkan
tim dokter untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah anak, ortopedi,
dan dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi
kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak
bisa dibiarkan adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat. Tindakan
operasi yang dilakukan pun memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk penutupan
kalau ada defect atau kalau ada hubungan langsung susunan saraf pusat dengan
dunia luar. Selain itu, tujuan utama lainnya adalah operasi untuk membebaskan
jaringan saraf bila mungkin ada yang menyangkut di tulang belakang yang defect
(berlubang).
c. Bila kelainan spina bifidanya
terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit dan tidak dibolehkan pulang.
"Sebab, ia termasuk bayi berisiko tinggi." Sementara pada spina bifida
yang dilapisi oleh kulit yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan
operasi. "Bisa dibawa pulang dan kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari
cedera seperti jatuh atau terbentur.
d. Bila spina bifida disertai dengan
hidrosefalus sebaiknya dilakukan terlebih dulu pemasangan 'selang' atau VP
shunt (pintas dari rongga cairan otak ke perut). Kalau tidak, tekanan cairan
dari otak akan tinggi terus. Akibatnya, seringkali bocor dan merembes. Dengan
pemasangan selang, cairan otak dialirkan ke rongga perut sehingga tekanan
cairan pun tidak terlalu tinggi. Kalau tidak dipakaikan selang, lama-lama
kepala anak akan terus membesar karena cairan otak akan bertambah atau
berproduksi terus. Pertumbuhan jaringan otak pun akan tertekan dan kalau
dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
e. Kalaupun ada penundaan operasi,
misal karena kondisi si anak tak memungkinkan, untuk sementara waktu diberikan
obat-obatan. Terutama untuk mengurangi produksi cairan otaknya. Selain berusaha
secepat mungkin melakukan tindakan sampai kondisinya memungkinkan. Kalau tidak,
akan mengalami masalah di atas meja operasi atau sesudahnya." Pemberian
obat-obatan pun diberikan setelah atau segera sebelum operasi.
f. Sebelum melakukan tindakan pun,
biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah masih berfungsi atau
tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu, apakah ia
bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi,
tindakan operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah
anak. Selain itu, dicari waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada
usia anak yang lebih besar, lebih mudah untuk diambil tindakan karena fungsi
organ tubuhnya sudah matang. Sementara pada bayi, sangat riskan.
g. Selain pengobatan dengan tindakan
operasi, juga dilakukan stimulasi fisioterapi dan rehabilitasi medik untuk
melatih motoriknya. Misalnya dengan menggerakan otot-ototnya supaya tidak
lemah. Jadi, fungsi-fungsi saraf yang ada harus dilatih semaksimal mungkin.
Termasuk melatih BAB dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin untuk
membuat saraf baru.
8. Omfalokel
(amniokel = Eksomfalokel)
-
Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke
rongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulmya
omfalokel. Kelainan dengan adanya sembulan dari kantong yang berisi usus dari
visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbikalis dan terlihat
menonjol. Angka kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat
pecah dan terjadi infeksi.
-
Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum
operasi bila kantong belum pecah, dioleskan merkurokrum setiap hari untuk
mencegah infeksi. Setelah diolesi diolesi dengan kasa steril, diatasnya
ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dipasang gurita.
-
Penatalaksanaan : Operasi segera dilakukan setelah lahir,
tetapi mengingat bahwa memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam
rongga abdomenakan menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul
gangguan pernapasan, maka biasanya operasi ditunda beberapa bulan.
9. Hernia
Diafragma
-
Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi
perut masuk kedalam rongga toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah
penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal yang terletak pada bagian
posrero lateral dari diafragma.
-
Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk
kedalam toraks, akan timbul gejala gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak
napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil dan cekun, suara napas
tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas pada
bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
-
Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.
-
Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan tindakan
pemberian oksigen bila bayi tampak sianosi, kepala dan dada harus lebih
tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar tekanan dari isi perut terhadap paru
berkurang dan membbiarkan daifragma bergerak dengan bebas. Posisi ini juga
dilakukan setelah operasi.
10. Atresia Koane
- Penutupan satu atau kedua saluran
hidung oleh karena kelainan pertumbuhan tulang- tulang dan jaringan ikat. Bayi
akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan tindakan
bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
11. Obstruksi
Usus
-
Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion,
harus dilakukan dengan tindakan pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk
mengetahui ada tidaknya atresia esofagus, bila dapatn mencapai bila dapat
mencapai lambung dan cairan lambung dapat diisap lebih dari 15 ml, dapat diduga
mungkin terd esar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis atau malrotasi.apat
obstruksi usus letak tinggi, obstruksi dapat terjadi pada usus halus dan usus b
-
Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah hijau atau kuning
coklat, perut membuncit, kadang-kadang tampak gerakan peristaltikdan terdapat
obstipasi.
-
Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit dengan
parenteral, pengosongan lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus,
operasi sesuai dengan letak obstruksi
-
Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan
disfungsi umum kelenjar eksokrim pancreas. kedaan ini menyababkan
berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus halus sehingga isi usus
halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.
12. Atresia
Duodeni
-
Biasanya terjadi dibawah ampula vateri, muntah terjadi
beberapa jam sesudah kelahiran. Perut dibagian epigastrium tampak membuncit
sesaat sebelum muntah. Muntah mungkin projektil dan berwarnah hijau.
-
Foto abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan
pelebaran lambung dan bagian proksimal duodenum tampa adanya udara dibagian
lain usus.
-
Pengobatan ialah dengan oprasi. Sebelum operasi dilakukan
hendaknya lambung dikosongkan dan diberikan cairan intaravena untuk memperbaiki
gangguan air dan elektrolit yangb terjadi.
13. Hipospadia
-
Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana metus
eksterna terletak dipermukaan ventral penis dan lebih proksimaldari tempatnya
yang normal (ujung glan penis)
-
Etiologi: maskulinisasi inkomplit dari genetalia
karenainvolusi yang prematur dari sel interstisial testis
-
Manifestas klinik: penis melengkung kearah bawah hal ini
disebabkan adanya chordee yaitubsuatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari
meatus uretra yaitu tipe glandula, distal penila, penila, penoskrotal, scrotal
dan parienal.
-
Penatalaksanaan: operasi yang terdiri dari beberapa tahap
yaitu operasi pelepasan chordee dan tunneling dilakukan pada glans penis dan
muaranya, bahan untuk menutup luka eksisichordee dan pembuatan tunneling
diambil dari preputium penis bagian dorsal. Oleh karena itu hipospadia
merupakan kontra indikasi mutlak untuk sirkumisi. Operasi uretroplasti,
biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama uretra dibuat dari kulit
penis bagian ventral yang diinsisi secara longitudional paralel dikedua sisi.
14. Fimosis
Ø Pengertian fimosis adalah
penyempitan pada preposium, kelainan yang menyebabkan bayi atau anak sukar
berkemih.
Ø Penyebab
Adanya smegma pada ujung prepusium yang menyulitkan bayi
berkemih
Ø Tanda dan gejala
Kulit prepusium menggelembung seperti balon dan bayi / anak
menangis keras sebelum urine keluar.
Ø Penanganan
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang
preposium dengan cara mendorong kebelakang kulit prepesium tersebut dan
biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat
lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula
dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua sendiri di minta
melakukannya seperti dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat dilakukan
pada seorang laki-laki kerioka masih dirawat/ketika baru lahir. Tindakan ini
dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi karena adanya spegma bukan
karena keagamaan. Setiap memandikan bayi hendaknya preposium didorong
kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijelang
dengan air matang.
15. Epispadia
-
Pengertian : Suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki,
dengan lubang uretra terdapat bagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk
tabung, tetapi terbuka.
-
Jenis: lubang uretra terdapat dipuncak kepala penis,seluruh
uretra terbuka disepanjang penis, seluruh uretra terbuka dan lubang kandung
kemih terdapat pada dinding perut.
-
Gejala: lubang uretra terdapat dipunggung penis
-
Diagnosis : untuk melihat beratnya epispadia, dilakukan
pemeriksaan berikut radiologis, USG system kemih kelamin.
-
Penangannan: melalui pembedahan
16. Kelainan Jantung Kongenital
-
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan
adalah gangguan atau kelainan organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu
penyebab kematian terbesar akibat dari kelainan saat lahir pada tahun pertama
kehidupan.
-
Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor
lingkungan, infeksi saat kehamilan, dan keracunan dapat menyebabkan atau
berperan di dalam gangguan pembentukan jantung. Meskipun begitu, terdapat
beberapa kelainan bawaan yang tidak diketahui penyebabnya.
-
Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh
darah) dimulai pada minggu ketiga pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan
berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang di dalam rahim dengan
menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi, oksigen, dan
pembuangan sisa metabolisme.
-
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama
berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti kejang
fenitoin, talidomid, dan obat kemoterapi). Penyebab lainnya adalah pemakaian
alcohol, rubella, dan Diabetes selama hamil.
17. Kelainan Metabolik dan Endokrin
-
Pengertian
Merupakan gangguan metabolisme
ataupun endokrin yang terjadi pada bayi baru lahir.
-
Klafikasi dan penyebab
Gangguan metabolik yaitu:
-
Hipertermia
-
Hipotermia
-
Edema, terdapat pada 150 imunisasi rhesus berat pada bayi
dari ibu penderita DM.
-
Tetani, biasanya ditemukan pada hipoparatiroidisme
fisiologik sepintas yaitu karena berkurangnya kesanggupan ginjal untuk
mengsekresikan fosfat pada bayi yang mendapat susu buatan dan bayi dari ibu
penderita DM atau pra DM.
Gangguan endokrin yaitu
:
1. Hipoplasia adrenal congenital
disebabkan oleh kekurangan ACTH sebagai akibat dari hipoplasia kelenjar
pituitary hipofungsi hipothalamus pada masa kritis embrio genesis
2. Perdarahan adrenal, disebabkan oleh
trauma lahir, misalnya lahir dengan letak sungsang.
3. Hipoglikemia yaitu dimana kadar gula
darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan dan kurang dari 20 mg % pada
BBLR
4. Defesiensi tiroid, terjadi secara
genetik yaitu sebagai kretinisme, tetapi juga terdapat pada bayi yang ibunya
mendapatkan pengobatan toiurasil atau derivatnya waktu hamil
5. Hipertirodisme sementara, dapat
dilihat pada bayi dari ibu penderita hipertioidisme atau ibu yang mendapat obat
tiroid pada waktu hamil.
6. Gondok congenital disebabkan oleh
kekurangan yodium dan terdapat didaerah gondok yang endemik
7. Hiperplasia adrenal disebabkan
karena peninggian kadar kalium dan penurunan kadar natrium dalam serum
- Tanda dan gejala
a) Untuk hipotermia akut yaitu lemah,
gelisah,pernafasan dan bunyi jantung lambat dan kedua kaki dingin.
b) Untuk cold injury yaitu lemah, tidak
mau minum, badan dingin, oliguria, suhu tubuh 29,5 oC – 35 oC.
gerakan sangat kurang ; muka,kaki,tangan, dan ujung hidung merah seolah-olah
bayi dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkitis atau edema.
c) Tetani, yaitu mudah terangsang,
muscular twicthing ; tremor dan kejang.
d) Hipoplasia adrenal congenital ,
yaitu, lemah, muntah, diare, malas minum, dehidrasi.
e) Perdarahan adrenal yaitu / renjatan
nadi lemah dan cepat , pucat, dingin.
f) Defesiensi tiroid yaitu konstipasi
ikterus yang lemah ekstremitas dingin dan pada kulit terdapat bercak yang
menetap.
g) Hipertiroidisme sementara yaitu
gelisah, mudah terserang, hiperaktif , eksoftalamus, takikardia dan takipnu.
h) Gondok kongenital yaitu pembebasan
pembebasan kelenjar , tiroid yang dapat menimbulkan gejala gangguan pernapasan
dan dapat menyebabkan kematian ;hiporekstensi
-
Penanganan
a) Hipertermia yaitu/ dengan
memperbaiki suhu lingkungan dan atau pengobatan terhadap infeksi
b) Hipotermia yaitu/dengan segera
memesukkan bayi kedalam incubator yang suhu nya telah diatur menurut kebutuhan
bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti
c) Hipotermia sekunder yaitu/dengan
mengobati penyebabnya misalnya dengan pemberian antibiotika,larutan glukosa,o2
dan sebagainya.
d) Cold injury yaitu/dengan memenaskan
bayi secara perlahan-lahan,antibiotika, larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
e) Tetani yaitu/dengan memberikan
larutan kalsium glukonat 10 % sebanyak 5:10ml IV dengan perlahan-lahan dan
dengan pengawasan yang baik terhadap denyut jantung.
f) Hipertiroidisme sementara yaitu
dengan memberikan larutan lugol sebanyak 1 tetes 3-6 kali/sehari atau
propiltiorasil atau metimasol, pemberian cairan secara IV, sedativum dan
digitalis bila terdapat tanda gagal jantung.
g) Gondok congenital yaitu dengan
pengangkatan sebagai kelenjar tiroid dengan disertai pemberian hormone tiroid
bila terdapat gejala penyumbatan jalan nafas yang berat.
h) Hipoplasia adrenal kongenita yaitu
dengan pemberian larutan garam NaCL,deksoksikortikosteron dan
asetat .
i)
Hiperplasia adrenal yaitu/dengan memberikan larutan garam
NaCL 0,9% ta mbah larutan glukosa seta pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
j)
Perdarahan adrenal yaitu/ dengan memberikan transfuse darah
dan hidrokortison
k) Hipoglikemia yaitu / dengan
menyuntikkan larutan glukosa 15-20 % sebanyak 4 ml/kg BB melalui ke vena
perifer.
E.
Pencegahan Kelainan Kongenital/
Cacat Bawaan pada Neonatus
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan
bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia 35 tahun:
a)
Tidak merokok dan menghindari asap rokok
b) Menghindari alkohol
c) Menghindari obat terlarang
d) Memakan makanan yang bergizi dan
mengkonsumsi vitamin prenatal
e) Melakukan olah raga dan istirahat
yang cukup
f) Melakukan pemeriksaan prenatal
secara rutin
g) Mengkonsumsi suplemen asam folat
h) Menjalani vaksinasi sebagai
perlindungan terhadap infeksi
i)
Menghindari zat-zat yang berbahaya.
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah
terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu
kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan
bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya
telah melahirkan anak-anak yang sehat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.
Kelainan
kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.
2.
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada neonatus yaitu
kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor obat,
faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan
faktor-faktor lainnya.
3.
Kelainan kongenital yang biasanya
terjadi pada neonatus yaitu encephalocele, hidrocephalus, bibir sumbing (Labio
Paltoskiziz), atressia esofagus, atrssia ani, hirschprung, spina bifida,
kelainan jantung kongenital, omfalokel.
4.
Kelainan kongenital berat dapat
berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital
bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru
lahir, hal ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan
faktor penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
5.
Kelainan congenital atau cacat
bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko terjadinya dapat dikurangi dengan
tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat terlarang, makan makanan
yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan
prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
B.
Saran
Adapun
saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1.
Dalam mempelajari asuhan neonates,
seorang calon bidan diharapkan mengetahui kelainan kongenital atau cacat
bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus sehingga mampu memberikan asuhan
neonates dengan baik dan sesuai dengan kewenangan profesi.
2.
Kepada pembaca, jika menggunakan
makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan
dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat
diperbaharui dengan lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryam,
Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
dan Balita. Makassar: Universitas Indonesia Timur.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis
obstetric .Jakarta: EGC.
Muslihan,
Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Narendra,Moersintowarti,
ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi I. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia Sagung Seto.
LAMPIRAN
Gambar kelainan kongenital
Komentar
Posting Komentar