MTBS
MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
A.
PENDAHULUAN
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa angka kematian bayi dan balita
Indonesia adalah tertinggi di Negara ASEAN. Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdes) tahun 2007, terdapat beberapa penyakit utama yang menjadi penyebab
kematian bayi dan balita tersebut. Pada kelompok bayi (0-12 bulan), penyebab
kematian bayi terbanyak adalah penyakit diare sebesar 42% dan pneumonia sebesar
24%. Sedangkan pada kelompok balita, penyebab kematian balita terbanyak adalah
akibat penyakit diare sebesar 25,2%, pneumonia sebesar 15,5%, demam berdarah
dengue (DBD) 6,8% dan campak 5,8%, serta kejadian gizi pada balita sebesar 5,4%
dan gizi kurang sebesar 13%. Apabila angka kematian nayi dan balita di
Indonesia ditelusuri sejak dahulu, penyakit-penyakit yang menyerang bayi dan
balita Indonesia masih berkisar penyakit-penyakit tersebut yaitu
penyakit-penyakit infeksi dan masalah kekurangan gizi.
Penyakit-penyakit penyebab kematian seperti: diare, pneumonia, demam
berdarah dan lain-lainnya tersebut pada umumnya dapat ditangani di tingkat
rumah sakit, namun masih sulit untuk tingkat Puskesmas. Hal ini disebabkan
antara lain karena masih minimnya sarana atau peralatan diagnostic dan
obat-obatan di tingkat Puskesmas terutama Puskesmas di daerah terpencil yang
tidak ada fasilitas perawatan. Selain itu, seringkali terdapat Puskesmas yang
tidak memiliki tenaga dokter yang siap di tempat setiap saat. Yang ada biasanya
tenaga bidan dan perawat. Padahal, Puskesmas merupakan ujung tombak fasilitas
kesehatan yang paling diandalkan bagi masyarakat umum di Indonesia, terutama
dalam pertolongan pertama balita yang sakit. Untuk itu, diperlukan suatu
pendekatan yang sesuai untuk Puskesmas dalam upaya menurunkan kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. Suatu pendekatan yang saat ini
diterapkan pada sebagian besar Puskesmas di Indonesia tersebut dikenal dengan
istilah Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
B.
PENGERTIAN MTBS
Beberapa
pengertian dari MTBS adalah sebagai berikut:
- MTBS, singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau dalam bahasa Inggris disebut Integrated Management of Childhood Illnes (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/ terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada masyarakat anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu (Puskesmas Pembantu), Polindes, Poskesdes, dan lain-lain. Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan di Negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
- Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, dan kurang gizi.
- Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan terhadap balita sakit yang dilakukan secara terpadu dengan memadukan pelayanan promosi, pencegahan serta pengobatan terhadap lima penyakit penyebab utama kematian bayi dan balita di Negara berkembang, yaitu pneumonia, diare, campak dan malaria, serta malnutrisi.
- Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas oleh WHO dan UNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.
C.
KOMPONEN MTBS
Tiga komponen
dalam kegiatan MTBS berikut ini menguntungkan atau sangat berguna, yaitu:
- Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (dimana selain dokter, petugas kesehatan non-dokter seperti bidan atau perawat dapat pula memeriksa dan menangani pasien (balita sakut) asalkan sudah dilatih).
- Memperbaiki dan memperkuat system kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program keesehatan dalam satu kali pemeriksaan MTBS).
- Memperbaiki praktik keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (hal ini meningkatkan pemberdayaan masyarakat ddalam pelayanan kesehatan).
D.
SEJARAH MTBS
Telah diketahui bahwa Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) Intergrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap balita sakit yang dikembangkan oleh WHO. Pendekatan MTBS mulai
diluncurkan oleh WHO pada tahun 1994 yang merupakan hasil kerjasama WHO dengan
UNICEF serta lembaga lainnya. Pendekatan tersebut timbul untuk membantu
memberika solusi dalm tatalaksana balita sakit di Negara-negara berkembang.
Selain itu, MTBS dirancang untuk menurunkan angka kematian balita di Negara
sedang berkembang. Menurut laporan Bank Dunia (1993), MTBS merupakan jenis
intervensi yang paling cost effective
untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan akut, diare, campak, malaria, kurang gizim yang sering merupakan
kombinasi dari keadaan tersebut.pada umumnya, sebagian besar balita sakit yang
dibawa berobat oleh ibunya ke tingkat pelayanan dasar sperti Puskesmas, jarang
yang datang hanya dengan keluhan tunggal.Menurut data WHO, tiga dari empat
balita sakit seringkali memiliki beberapa keluhan lain yang menyertai dan
sedikitnya menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi focus
MTBS.karena dalam setiap pemeriksaan MTBS, semua aspek/kondisi yang sering
menyebabkan keluhan anak akan ditanyakan dan diperiksa.Oleh karena itu,
Indonesia termasuk salah satu pengguna dini dari ppendekatan MTBS ini dan telah
mengapdosinya sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai tahun 1997. Saat ini
Indonesia sudah sampai tahap pemantapan implementasi MTBS.
Sebelum pendekatan MTBS ini dipakai setiap negara, WHO menganjurkan untuk
melakukan adaptasi tehadap bahan dan metode pelatihan. WHO telah menerbitkan
pentunjuk pelaksanaan adaptasi agar negara pelaksana lebih mudah
melaksanakannya. Secara umum digariskan oleh WHO agar adaptasi dilakukan
menjamin semua penyakit yang paling sering diderita balita, maka petugas
kesehatan terdepan (termasuk bidan) harus dapat menanganinya. Adapptasi ini
harus sejalan dengan kebijakan nasional dan kebijakan program, serta dapat
diimplementasikan pada system kesehatan yang telah tersedia. Perlu diketahui,
pendekatan MTBS ini telah terstandarisasi mulai dari bahan, metode, perangkat
pelatihan serta cara, alat, monitoring dan evaluasi. Namun, demi efektifitas
sampai tingkat tertentu, negara pengguna pendekatan MTBS dibolehkan untuk melakukan
asaptasi local.
Secara garis besar, dengan MTBS diharapkan kondisi kesehatan balita pada
tingkat pelayanan kesehatan dasar, seperti Puskesmas dapat ditangani secara
lengkap. MTBS memfokuskan secara terpadu seluruh aspek kuratif (pengobatan),
preventif(pencegahan) dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu
sebagai bagaian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak.
Pemberian antibiotika sangat selektif sesuai klasifikasi dan dapat membatasi
beberapa klasifikasi yang akhirnya dapat menekan biaya pengobatan.
E.
TUJUAN PENDEKATAN MTBS
Tujuan dari pendekatan MTBS adalah mengajarkan manajemen kasus kepada
bidan, perawat, dokter dan tenaga kesehatan lain yang menangani balita sakit
dan bayi muda di fasilitasi kesehatan dasar seperti Puskesmas, Puskesmas
pembantu, Pondok Bersalin, Balai Pengobatan, maupun melalui kunjungan rumah.
Petugas kesehatan akan belajar cara menangani balita sakit dan bayi muda,
dengan:
1.
Menilai tanda-tanda dan gejala penyakit, status imunisasi,
status gizi dan pemberian vitamin A.
2.
Membuat klasifikasi.
3.
Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan
menentukan apakah seorang anak perlu dirujuk.
4.
Memberi pengobatan pra-rujukan yang penting, seperti dosis
pertama antibiotik, vitamin A, dan perawatan anak untuk mencegah menurunnya
gula darah dengan pemberian air gula, mencegah hipotermia serta merujuk anak.
5.
Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan
preventif) seperti pemberian oralit, tablet zinc, vitamin A, dan imunisasi.
6.
Mengajari ibu cara memberi obat dirumah (seperti antibiotic
oral) dan asuhan dasar bayi muda.
7.
Memberi konseling kepadanibu mengenai pemberian makanan pada
anak, pemberian ASI dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan.
8.
Melakukan penilaian ulang dan member perawatan yang langsung
pada saat anak tersebut kembali untuk pelayanan tindak lanjut.
Gambaran Singkat
Tatalaksana Balita Sakit Dengan Pendekatan MTBS
Seorang balita sakit dapat
ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas kesehatan yang telah
dilatih. Petugas memakai tool yang disebut Algoritma MTBS untuk
melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara menanyakan kepada orang tua/wali,
apa saja keluhan-keluhan/masalah anak kemudian memeriksa dengan cara 'lihat dan
dengar' atau 'lihat dan raba'. Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan
semua gejala berdasarkan hasil tanya-jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan
hasil klasifikasi penyakit, petugas akan menentukan tindakan/pengobatan,
misalnya anak dengan klasifikasi Pneumonia Berat atau Penyakit Sangat Berat
akan dirujuk ke dokter Puskesmas.
Contoh begitu sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
Contoh begitu sistematis dan terintegrasinya pendekatan MTBS, ketika anak sakit datang berobat, petugas kesehatan akan menanyakan kepada orang tua/wali secara berurutan, dimulai dengan memeriksa tanda-tanda bahaya umum seperti:
a.
Apakah anak bisa minum/menyusu?
b.
Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
c.
Apakah anak menderita kejang ?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak
letargis/tidak sadar?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama
lain:
a.
Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b.
Apakah anak menderita diare?
c.
Apakah anak demam?
d.
Apakah anak mempunyai masalah telinga?
e.
Memeriksa status gizi
f.
Memeriksa anemia
g.
Memeriksa status imunisasi
h.
Memeriksa status pemberian vitamin A
i.
Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
Berdasarkan hasil penilaian
hal-hal tersebut di atas, petugas akan mengklasifikasi keluhan/penyakit anak,
setelah itu petugas melakukan langkah-langkah tindakan/pengobatan yang telah
ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi. Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
a.
Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b.
Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c.
Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di rumah,
misal aturan penanganan diare di rumah
d.
Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan selama anak
sakit maupun dalam keadaan sehat
e.
Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
f.
dan lain-lain
G. Petunjuk Penilaian Pada
MTBS Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun
1.
Tanyakan pada ibu mengenai masalah anaknya
2.
Memeriksa tanda-tanda bahaya umum
a. Apakah anak bisa
minum/menyusu?
b. Apakah anak selalu memuntahkan
semuanya?
c. Apakah anak menderita
kejang ?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak
letargis/tidak sadar
3.
Tanyakan keluhan utama
Apakah anak
menderita batuk atau sukar bernafas
a.
Jika ya, tanyakan berapa lama?
b.
Lihat, dengar::
1)
Hitung pernafasan dalam 1 menit
2)
Perhatikan, adakah tarikan diding dada ke dalam
3)
Lihat dan dengar adanya stidor.
Apakah anak diare
a.
Jika ya, tanyakan:
1)
Sudah berapa lama?
2)
Apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja)?
b.
Lihat dan raba:
1)
Lihat keadaan umum anak:
a)
Apakah anak letargis atau tidak sadar
b)
Gelisah, rewel atau mudah marah
2)
Lihat apakah matanya cekung
3)
Beri anak minum:
a)
Apakah anak tidak bisa minum atau malas minum?
b)
Haus, minum dengan lahap?
4)
Cubit kulit prut untuk
mngetzhui tugor, apakah kembalinya sangat lambat ( lebih dari 2 detik ) atau
lambat?
Apakah anak demam
a.
Jika ya :
1)
Temukan daerah risiko malaria
2)
Jika daerah risiko rendah atau tanpa risiko malaria,
tanyakan:
a)
Apakah anak dibawa berkunjung keluar
b)
Jika ya, apakah dari daerah risiko tinggi atau rendah
malaria.
b.
Kemudian tanyakan:
1)
Sudah berapa lama anak demam
2)
Jika > 7 hari, apakah demem terjadi setiap hari
3)
Apakah prnah mendapatkan klorokuin dalam 2 minggu terakhir
4)
Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir
c.
Lihat dan raba
1)
Lihat dan raba adanya kaku kuduk
2)
Lihat adanya pilek
d.
Lihat adanya tanda
campak
1)
Ruam merah di kulit yang menyeluruh
2)
Terdapat salah satu geja berikut:batuk pilek, atu mata merah
Klasifikasi
demam untuk demam berdarah dengue(hanya jika demam kurang dari 7 hari)
a.
Tanyakan:
1)
Apakah anak mengallami perdarahan dari hidunng atau gusi yang
berat
2)
Apakah anak muntah
3)
Apakah berak berwarna hitam
Apakah ada nyeri
ulu hati atau anak gelisah
b.
Lihat dan raba
Perdarahan dari
hidumg atau gusi yang berat
Bintik
perdarahan di kulit (petekie), jika ya dan tidak ada tanda lain dari DBD,
lakukan uji tornikuet, jika mungkin.
c.
Periksa tanda-tanda syok
Ujung
ekstremitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tidak teraba
Apakah anak mempunyai masalah telinga
Jika ya,
tanyakan
1)
Apakah telinganya sakit
2)
Adakah cairan/nanah keluar dari telinga? Jika ya, berapa
lama?
Lihat dan raba:
1)
Lihat, adakah cairan,nanah keluar dari telinga?
2)
Raba, adakah pembengkakan yang nyeri
Memeriksa status imunisasi anak
Lihat dan raba :
1)
Lihat apakah apakah anak tampak sangat kurus?
2)
Lihat tanda kpucatan pada teapak tangan, apakah sangat pucat,
agak pucat?
3)
Lihat dan raba adanya pembekalan di kdua kaki?
4)
Bandingkan berat badan menurut umur
JADWAL IMUNISASI
Umur
|
Jenis
Imunisasi
|
1bulan
|
BCG
|
2 bulan
|
POLIO 1 DPT1
|
3 bulan
|
POLIO 2 DPT2
|
4 bulan
|
POLIO 3 DPT3
|
9
bulan
|
Campak POLIO 4
|
Memeriksa status pemberian Vit A
JADWAL Pemberian
Vit A
DOSIS
|
UMUR
|
Dosis
pertama : 100.000 IU
|
6
bulan – 1 tahun
|
Dosis
berikutnya : 200.000 IU
Jjika
seorang anak belum mendapatkannya dalam 6 bulan terakhir, berikan satu dosis
|
1
tahun – 5 tahun
|
PENGOBATAN
Melakukan langkah-langkah
dalam tindakan / pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan klasifikasi
a.
Beri antibiotk oral yang sesuai
1.
Untuk smua klasifikasi yang membutuhkan antibiotic yang
sesuai
a)
Antibiotic pilihan pertama : kotrimoksazoi
(trimetroprim+salfametktazol)
2.
Untuk disentri : beri antibiotic yang dianjurkan untuk
shigela selama 5 hari..
a)
Antibiotika pilihan utama : kotrimoksazol ( trimetroprim +
Salfametoksazol)
b)
Antibiotik pilihan kedua : Asam Nolidiksat
3.
Untuk kolera : beri Antibiotik yang dianjurkan untuk kolera
selama 3 hari
4.
Antibiotik pilihan pertama : kotrimoksazol ( Trimetroprim +
Salfametoksazol)
a)
Antibiotik pilihan kedua : Tetrasiklin
b) Mengajari Ibu cara pemberian obat oral di
rumah
1)
Tentukan obat – obatan dosis yang sesuai dengan umur dan
berat badan
2)
Jelaskan kepada ibu alasan pemberian obat tersebut
3)
Peragakan cara, mengukur / membuat satu dosis
4)
Perhatikan cara Ibu menyiapkan sendiri satu dosis
5)
Mintalah Ibu memberikan dosis pertama pada anak
6)
Terangkan dengan jelas cara memberikan obat beri label dan
bungkus obat
7)
Jelaskan bahwa semua obat – obatan tablet / sirup harus
diberikan sesuai waktu yang di anjurkan, walaupun anak menunjukan perbaikan
8)
Cek pemahaman ibu sebelum meninggalkan klinik
c) Demam mungkin bukan
malaria, jika demam sudah 2 hari
1)
Lihat bagan penilaian dan klasifikasi
2)
Cari penyebab lain dari demam
3)
Lakukan penilaian untuk gejala utama
4)
Tindakan :
a.
Jika ada tanda bahaya umum atau kakukuduk, perlakukan sebagai
penyakit berat dengan demam
b.
Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria beri
pengobatan
c.
Jika malaria merupakan satu – satunya penyebab demam :
i.
Ambil sediaan darah
ii.
Beri obat anti malaria oral pilihan tanpa menunggu hasil
sediaan darah
iii.
Nasihati ibu untuk kembali dalam 2 hari jika tetap demam
iv.
Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan
lebih lanjut
d) Demam bukan malaria ( daerah resiko tanpa malaria dan tidak ada
kunjungan ke daerah dengan resiko malaria), jika demam sesudah 2 hari
1)
Lihat dengan penilaian dan klasifikasi
2)
Cari penyebab lain dari demam
3)
Lakukan penilaian
untuk gejala utama
4)
Tindakan :
I.
Tidak ada tanda bahaya umum atau kakukuduk, perlakukan
sebagai penyakit berat dengan demam
II.
Jika ada penyebab lain dari demam selain malaria beri
pengobatan
III.
Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan
lebih lanjut
IV.
Jika tidak diketahui penyebab demam anjurkan ibu untuk
kembali lagi dalam 2 hari jika tetap demam, pastikan anak mendapat tambahan
caira dan mau makan
e) Demam mingkin bukan demam
berdarah degue jika tetap demam sesudah 2 hari :
1)
Lihat bagan penilaian dan klasifikaisi
2)
Cari penyebab lain dari demam
3)
Lakukan penilaian ulang secara lengkap
4)
Tindakan :
i.
Tidak ada tanda bahaya umum atau kakukuduk, perlakukan
sebagai penyakit berat dengan demam
ii.
Jika ada penyebab lain dari demam selain DBD, berikan
pengobatan
iii.
Jika ada tanda – tanda DBD, perlakukan sebagai DBD
iv.
Jika anak tetap demam selama 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan
lebih lanjut
f) Infeksi telinga, sesudah
5 hari :
1)
Lihat bagan penilaian dan klasifikasi
2)
Ukur suhu tubuh anak
3)
Lakukan penilaian ulang masalah telinga
4)
Tindakan :
I.
Jika ada pembekakan yang nyeri dibelakang telinga atau demam
tinggi (38,5oC atau lebih ), rujuk segera .
II.
Infeksi telinga akut : jika masih ada nyeri atau keluar
cairan / nanah, obati dengan antibiotic yang sama selama 5 hari
5)
Lanjutkan mengeringkan telinga kunjungan ulang selama 5 hari
I.
Infeksi telinga kronis : perhatikan apakah cara ibu
mengeringkan telinga sudah benar, anjurkan ibu untuk melanjutkan
II.
Jika tidak ada nyeri telinga atau keluar cairan/nanah, dan
ibu belum menyelesaikan pemberian antibiotic selama 5 hari, anjurkan untuk
melanjutkanya sampai habis
g) Campak dengan komplikasi
pada mata atau mulut, setelah 2 hari
1)
Perhatikan apakah matanya merah atau bernanah
2)
Perhatikan apakah ada luka di mulut, ciumlah bau mulutnya
3)
Pengobatan infeksi mata :
-
Jika mata masih bernanah, Ibu diminta menjelaskan cara
mengobati infeksi mata anaknya. Jika belum benar, ajari Ibu cara mengobati
dengan benar
-
Jika mata tidak bernanah dan merah hentikan pengobatan
4)
Pengobatan luka di mulut
-
Jika luka dimulut makin memburuk atau tercium bau busuk dari
mulut rujuk.
-
Jika luka di mulut tetap atau membaik,
lajutkanpengobatan 0,25 % gentian violet
hingga seluruhnya 5 hari
h) Masalah pemberian makan,
sesudah 5 hari :
1)
Lakukan : lihat pertanyaan pada penilaian ulang tentang cara
pemberian makan ( bagan konseling bagi Ibu )
2)
Tanyakan masalah pemberian makan yang ditemukan pada
kunjungan pertama
3)
Nasihati ibu tentang semua masalah dalam pemberian makan yang
masih ada atau yang baru dijumpai
4)
Jika berat badan anak menurut umur sangat rendah (BGM), Ibu
diminta untuk kembali 4 minggu sesudah kunjungan pertama, guna mengukur
penambahan berat anak
i)
Anemia, sesudah 4 minggu
1)
Beri zat besi untuk 4 minggu berikutnya
2)
Nasihati ibu untuk kembali 4 mnggu kemudian
3)
Jika anak masih agak pucat sesudah 8 minggu, rujuk untuk
pemeriksaan lebih lanjut
4)
Jika telapak tangan sudah tidak pucat sesudah 8 minggu, tak
ada pengobatan tambahan
j) Berat badan menurut umur
sangat rendah (BGM=Bawah Garis Merah),
sesudah 4 minggu:
1)
Timbanglah anak dan tentukan apakah berat badanya masih sangat rendah
2)
Lakukan : lihat pertanyaan pada penilaian ulang tentang cara
pemberian makan (bagan konseling bagi ibu)
3)
Tindakan :
a.
Jika berat badan menurut umur sudah tidak BGM, Pujilah ibu
dan bangkitkan semangatnya untuk elanjutkan
b.
Jika berat badan anak menurut umur masih BGM, nasihati ibu
tentang setiap masalah pemberian makan yang di jumpai
c.
Anjurkan ibu untuk kembali bersama anaknya setiap bulan
sampai makanannya baik dan berat badanya meningkat dan tidak BGM
d.
Jika masih diperlukan kunjungan ulang berdasarkan kunjungan
pertama atau kunjungan saat ini nasihati
ibu untuk kunjungan berikutnya, juga nasihati ibu tentang kapan harus kembali
segera
k) Konseling bagi Ibu
konseling yang
diberikan pada ibu antara lain mengenai :
a)
Makanan
1)
Menilai cara pemberian makanan
2)
Tanyakan :
a.
Apakah ibu meneteki anak ini?
I.
Berapa kali sehari?
II.
Apakah ibu juga meneteki pada malam hari?
b.
Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?
1)
Makanan atau minuman apa?
2)
Berapa kali sehari ?
3)
Alat apakah yang di gunakan untuk member makan / mnum anak?
4)
Jika berat badan menurut umur sangat rendah / BGM :
Berapa banyak makan dan minum yang diberikan kepada anak?
Apakah
anak mendapat porsi sendiri ?
Siapa
yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
Selama
sakit ini, apakah pemberian makan anak di ubah? Bila ya, bagaimana?
b)
Anjuran makanan selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat
1)
Sampai umur 4 bulan
a.
Beri ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari
b.
Jangan diberi makan dan minuman lain selain ASI (jika mungkin
beri ASI eksklusif sampai anak umur 6 bulan).
2)
Umur 4 sampai 6 bulan
a.
Beri ASI sesuai keinginan anak, paling sedikit 8 kali sehari
b.
Beri makanan pendamping ASI 2 kali sehari, tiap kali 2 sendok
makan
Komentar
Posting Komentar