KESEHATAN REPRODUKSI
a.
Definisi Kesehatan Reproduksi
Kesehatan
reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan
hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (WHO).
Kesehatan
reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak
semata–mata bebas dari penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat
secara mental serta sosial kultural ( BKKBN DIY, 2007).
b.
Tujuan Kesehatan Reproduksi
1. Tujuan
Umum
Meningkatkan
kemandirian dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan
seksualitasnya sehingga hak – hak reproduksi dapat terpenuhi.
2. Tujuan
Khusus.
a. Meningkatkan
kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi reproduksinya.
b. Meningkatkan
hak dan tanggungjawab sosial perempuan dalam menentukan kapan hamil, jumlah dan
jarak antara kelahiran.
c. Meningkatkan
peran dan tanggungjawab sosial laki – laki terhadap akibat dari perilaku
seksnya.
d. Dukungan
yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksinya.
c. Sasaran
Kesehatan Reproduksi.
a)
Remaja.
1.
Pengertian Remaja.
Istilah adolecense atau remaja berasal dari kata latin adolescare (kata bendanya, adolescentia
yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Bangsa
primitif memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode
–periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa apabila sudah
mampu mengadakan reproduksi (Hurlock, 2004).
Remaja didefinisikan sebagai masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja
menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun.
Remaja adalah masa peralihan dari anak menuju
dewasa anak laki-laki
beralih menjadi pria dewasa dan anak perempuan beralih menjadi perempuan dewasa
yang matang jasmani, rohani, dan kejiwaan. Dalam tumbung kembang manusia, masa remaja merupakan tahapan yang sangat menentukan untuk pembentukan
pribadi selanjutnya (Amri, 2002).
Hurlock (2004) menyebutkan bahwa masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dari proses sebelum dan
sesudahnya, sebagai berikut :
a.
Remaja sebagai masa peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau
berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah
peralihan dari satu perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa
yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus
dilakukan. Masa ini sering menimbulkan masalah karena remaja merasa bukan
kanak-kanak dan juga belum menjadi dewasa.
b.
Remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya
sendiri-sendiri, namun masa remaja sering terjadi masalah yang sulit diatasi
baik anak laki-laki maupun perempuan terdapat
dua alasan bagi kesulitan itu. Pertama, sepanjang
masa kanak-kanak, masalah anak-anak
sebagian diselesaikan oleh orangtua dan guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena pada remaja merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan
orangtua dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri
masalahnya menurut cara yang mereka yakini banyak remaja yang akhirnya
menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Banyak
kegagalan yang sering kali disertai dengan akibat yang tragis, bukan karena
ketidakmampuan individu tetapi karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan
kepadanya justru pada saat tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi
masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang
normal.
c.
Perubahan psikologi remaja.
1)
Pembentukan Konsep diri.
Pemekaran diri sendiri (Extention
of the self) yang ditandai dengan kemampuan seseorang untuk
menganggap orang lain atau hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga. Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif (self objectivication) yang ditandai dengan kemampuan untuk
mempunyai wawasan tentang diri sendiri (self insight) dari kemampuan
untuk menangkap humor (sense of humor), memiliki falsafah
hidup tertentu (unitying philosophy of life).
2)
Perkembangan intelegensia.
Keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan
bertindak secara terarah serta mengolah dan mengawasi lingkungan secara efektif
(Weohsler cit Sarwono, 2003).
Pada kurun usia 11 tahun sampai dewa seseorang
sudah mampu berfikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini
bisa memperkirakan apa yang mungkin terjadi pada masa formal operasional (Piaget cit Sarwono, 2003).
3)
Perkembangan peran sosial.
Pola harapan orangtua Indonesia menekankan agar
anak selalu menurut orangtua, dan diharapkan menjadi orang seperti yang
dicita-citakan orangtuanya. Konflik peran
dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan-kesulitan lain pada masa remaja. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan
berkembang.
4)
Perkembangan peran gender.
Peran gender pada hakikatnya adalah bagian dari
peran sosial pula sama halnya dengan anak yang harus mempelajari perannya
sebagai anak terhadap orangtua, guru, maka iapun harus
mempelajari perannya sebagai anak dari jenis kelamin tertentu terhadap jenis
kelamin lawannya. Jadi berbeda dengan anggapan awam, peran gender ini tidak hanya ditentukan oleh jenis kelamin orang yang
bersangkutan tetapi juga oleh lingkungan dan faktor lainnya.
b)
Kesehatan Reproduksi Remaja.
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah
suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati
kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya
secara sehat dan aman.
Pubertas ditandai dengan terjadinya
perubahan pada ciri-ciri seks primer dan sekunder. Ciri-ciri seks primer
memungkinkan terjadinyanya reproduksi. Pada wanita, ciri-ciri ini meliputi
perubahan pada vagina, uterus, tuba fallopi, dan ovarium. Perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi pertama. Pada
pria, ciri-ciri ini meliputi perubahan pada penis, scrotum, testes, prostat
glands, vesikula
seminalis. Perubahan ini menyebabkan produksi sperma yang cukup sehingga mampu
untuk bereproduksi, dan perubahan ini ditandai dengan keluarnya sperma untuk
pertama kali (biasanya mimpi basah). Ciri-ciri seks sekunder meliputi perubahan pada
buah dada, pertumbuhan bulu-bulu pada bagian tertentu tubuh, serta makin
dalamnya suara. Perubahan ini erat kaitannya dengan perubahan hormonal. Hormon
adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin, kemudian dilepaskan
melalui aliran darah menuju berbagai organ tubuh. Kelenjar seks wanita (ovaries) dan pria (testes) mengandung sedikit hormon. Hormon ini berperan penting
dalam pematangan seksual. Kelenjar pituitary
(yang berada di dalam otak) merangsang testes dan ovarium untuk memproduksi
hormon yang dibutuhkan. Proses ini diatur oleh hypothalamus yang berada di atas
batang otak. (Melly Latifah, 2008)
a. Sistem Reproduksi Manusia
1) Sistem reproduksi pria
Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam
dan organ
reproduksi luar.
1. Organ
Reproduksi Dalam
Organ reproduksi dalam pria
terdiri atas testis dan saluran pengeluaran.
a.
Testis
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. Fungsi testis secara umum merupakan alat untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin jantan yang disebut testoteron.
b.
Saluran Pengeluaran
Saluran pengeluaran
pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran
ejakulasi dan uretra.
1. Epididimis
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
2.
Vas deferens
Vas deferens atau
saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas
dan merupakan lanjutan dari epididimis. Vas deferens tidak menempel pada testis
dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi
sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen
atau kantung mani (vesikula seminalis).
3.
Saluran
ejakulasi
Saluran ejakulasi
merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra.
Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih.
5.
Vesikula
seminalis
Vesikula seminalis atau
kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di
belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan
yang merupakan sumber makanan bagi sperma.
6.
Kelenjar prostat
Kelenjar prostat
melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih.
Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan
fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma.
2
Organ Reproduksi Luar
Organ
reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum.
a.
Penis
Penis
terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak
di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada
di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus
uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang
rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa.
Bila ada suatu rangsangan, rongga tersebut akan terisi penuh oleh darah
sehingga penis menjadi tegang dan mengembang (ereksi).
b.
Skrotum
Skrotum
(kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya berisi testis. Skrotum
berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan skrotum kiri. Di antara skrotum
kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot
polos (otot dartos). Otot dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga
dapat mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga terdapat serat-serat otot
yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot
kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar
kondisinya stabil. Proses pembentukan sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu
yang stabil, yaitu beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
2)
Sistem Reproduksi Wanita.
Sistem Reproduksi Wanita Sistem reproduksi wanita meliputi organ
reproduksi, oogenesis, hormon pada wanita, fertilisasi, kehamilan,
persalinan dan laktasi.
Organ reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi dalam dan organ
reproduksi luar.
1. Organ
Reproduksi Dalam.
a. Ovarium
Ovarium (indung telur) berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan panjang 3 - 4
cm. Ovarium berada di dalam rongga badan, di daerah pinggang. Umumnya setiap
ovarium menghasilkan ovum setiap 28 hari. Ovum yang dihasilkan ovarium akan
bergerak ke saluran reproduksi. Fungsi ovarium yakni menghasilkan ovum (sel
telur) serta hormon estrogen dan progesteron.
b. Saluran
reproduksi Saluran reproduksi (saluran kelamin) terdiri dari oviduk, uterus dan
vagina.
1) Oviduk
(tuba fallopi) atau saluran telur berjumlah sepasang (di kanan dan kiri
ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal oviduk berbentuk corong
yang disebut infundibulum. Pada infundibulum terdapat jumbai-jumbai (fimbrae).
Fimbrae berfungsi menangkap ovum yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang
ditangkap oleh infundibulum akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk
menyalurkan ovum dari ovarium menuju uterus.
2) Uterus
(kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga pertemuan oviduk kanan dan kiri
yang berbentuk seperti buah pir dan bagian bawahnya mengecil yang disebut
serviks (leher rahim). Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan
zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan
jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan endometrium.
Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel epitel dan membatasi
uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak lendir dan pembuluh darah.
Lapisan endometrium akan menebal pada saat ovulasi (pelepasan ovum dari
ovarium) dan akan meluruh pada saat menstruasi
3) Vagina
merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian dalam pada wanita.
Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki dinding yang berlipat-lipat dengan
bagian terluar berupa selaput berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan
bagian terdalam berupa jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran
mukosa) menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir
tersebut dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat
berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin akan
dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin dikeluarkan.
2.
Organ Reproduksi Luar
a.
Vulva
Merupakan celah paling luar dari organ kelamin
wanita. Vulva terdiri dari mons pubis. Mons pubis (mons veneris) merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang
banyak menandung jaringan lemak. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi
oleh rambut. Di bawah mons pubis terdapat lipatan labium mayor (bibir besar)
yang berjumlah sepasang. Di dalam labium mayor terdapat lipatan labium minor
(bibir kecil) yang juga berjumlah sepasang. Labium mayor dan labium minor
berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan labium mayor dan labium minor pada
bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris.
b. Klitoris merupakan organ erektil yang dapat
disamakan dengan penis pada pria. Meskipun klitoris secara struktural tidak
sama persis dengan penis, namun klitoris juga mengandung korpus kavernosa. Pada
klitoris terdapat banyak pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. Pada
vulva bermuara dua saluran, yaitu saluran uretra (saluran kencing) dan saluran
kelamin (vagina). Pada daerah dekat saluran ujung vagina terdapat himen atau
selaput dara. Himen merupakan selaput mukosa yang banyak mengandung pembuluh darah.
(Widyastuti,
2009).
2.
Gangguan kesehatan berkaitan dengan
kehamilan.
1)
Kehamilan.
Jika seorang
pria sudah mengalami mimpi basah dan seorang wanita sudah mengalami menstruasi
maka jika melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis akan menyebabkan
kehamilan.
a. Proses Kehamilan
Kehamilan terjadi karena pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel
sperma. Proses kehamilan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1.
Sel telur yang keluar dari indung
telur pada saat ovulasi akan masuk kedalam sel telur.
2.
Sperma yang tumpah didalam saluran
vagina waktu senggama akan bergerak masuk kedalam rahim dan selanjutnya ke
saluran telur.
3.
Di saluran telur ini, sperma akan
bertemu dengan sel telur dan langsung membuahi.
b.
Tanda-tanda kehamilan :
1.
Sering mual-mual, muntah dan
pusing pada saat bangun tidur (morning sickness) atau sepanjang hari.
2.
Mengantuk, lemas, letih dan lesu.
3.
Amenorhea (tidak mengalami haid).
4.
Nafsu makan menurun, namun pada
saat tertentu menghendaki makanan tertentu (nyidam).
5.
Dibuktikan melalui tes
laboratorium yaitu HCG Test dan USG.
6. Perubahan fisik seperti payudara membesar dan sering mengeras, daerah
sekitar Aerola Mammae (sekitar puting) membesar (www.kespro.com).
c.
Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Salah
satu risiko dari seks pranikah atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang
tidak diharapkan. Ada dua hal yang dilakukan jika mengalami kehamilan yang
tidak diinginkan :
1. Bila
kehamilan dipertahankan akan berdampak risiko secara fisik yaitu kehamilan pada
usia dini bias menimbulkan kesulitan dalam persalinan seperti perdarahan,
bahkan kematian. Risiko Psikis atau psikologi berdampak ada kemungkinan pikah
perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Risiko sosial adalah salah satu risiko
yang menyebabkan berhenti atau putus sekolah atas kemauan sendiri dikarenakan
rasa malu atau cuti melahirkan. Kemudian risiko ekonomi yang membutuhkan biaya
besar untuk merawat, melahirkan dan membesarkan bayinya.
2. Bila
kehamilan diakhiri (aborsi), akan berdampak risiko fisik yaitu perdarahan dan
komplikasi lain yang merupakan salah satu risiko aborsi. Aborsi yang berulang
selain bias menyebabkan komplikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi
yang tidak aman menyebabkan kematian. Risiko Psikologi berdampak pada pelaku
aborsi yang seringkali mengalami perasaan- perasaan takut, panik, tertekan
,atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Risiko sosial yang
berdampak ketergantungan pada pasangan seringkali lebih besar karena perempuan
merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami kehamilan tidak diinginkan dan
aborsi. Risiko ekonomi berdampak pada biaya jika terjadi komplikasi maka biaya
semakin tinggi.
2)
Infeksi Menular Seksual.
Infeksi menular seksual, atau IMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari satu orang ke orang
yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta
kasus IMS (Infeksi Menular Seksual) dilaporkan per
tahun. Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur
yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS (Infeksi Menular Seksual), 3 juta kasus baru tiap
tahun adalah dari kelompok ini.
Beberapa penyakit menular seksual:
1.
Klamidia
adalah IMS (Infeksi Menular Seksual ) yang sangat berbahaya dan biasanya
tidak menunjukkan gejala; 75% dari perempuan dan 25% dari pria yang terinfeksi
tidak menunjukkan gejala sama sekali.Penyebabnya adalah bakterial,
cara penularan melalui
hubungan seks vaginal dan anal,
gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa
nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan
juga dapat mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat
hubungan seksual, pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri
pada testis. Infeksi dapat diobati
dengan antibiotik. Namun pengobatan tersebut tidak dapat menghilangkan
kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin
terjadi pada orang yang terinfeksi pada perempuan,
jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP)
yang pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri
panggul kronis. Pada laki-laki, jika tidak diobati, klamidia akan
menyebabkan epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di mana
sperma disimpan), yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan. Individu
yang terinfeksi akan berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar
virus tersebut. Konsekuensi yang
mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir lahir premature, pneumonia pada bayi dan
infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit
ini saat proses persalinan. Pencegahannya
tidak melakukan hubungan
seksual secara vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah
satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif. Kondom dapat mengurangi
tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.
2.
Gonore adalah salah satu IMS ( Infeksi Menular Seksual
) yang sering dilaporkan. 40%
penderita akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak diobati, dan
hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan. Disebabkan oleh
bakterial, cara penularan
Hubungan seks vaginal, anal dan oral. Gejala-gejala meliputi discharge
dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat buang air kecil.
Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik. Namun tidak dapat
menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan. Pada perempuan jika tidak diobati, penyakit
ini merupakan penyebab utama Penyakit Radang Panggul, yang kemudian dapat
menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri panggul kronis. Dapat
menyebabkan kemandulan pada pria. Gonore yang tidak diobati dapat
menginfeksi sendi, katup jantung atau otak. Gonore dapat menyebabkan kebutaan
dan penyakit sistemik seperti meningitis dan arthritis sepsis pada bayi yang
terinfkesi pada proses persalinan. Untuk mencegah kebutaan, semua bayi
yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan gonore.
Pencegahan tidak melakukan
hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi
adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan. Kondom dapat
mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit
ini.
3.
Herpes Genetalis.
Herpes genetalis adalah Penyakit Menular
Seksual yang menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian
tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau
oral. Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1
(HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka
di bibir. Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan
dapat menyebabkan infeksi alat kelamin. Gejala-gejala biasanya sangat ringan
dan mungkin meliputi rasa gatal atau terbakar; rasa nyeri di kaki, pantat atau
daerah kelamin; atau keputihan. Bintil-bintil berair atau luka terbuka
yang terasa nyeri juga mungkin terjadi, biasanya di daerah kelamin, pantat,
anus dan paha, walaupun dapat juga terjadi di bagian tubuh yang lain.
Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat muncul
kembali. Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti virus
biasanya efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala
karena infeksi HSV-2.
Orang yang terinfeksi dan memiliki luka
akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar sebab luka tersebut
menjadi jalan masuk virus HIV. Perempuan yang mengalami episode pertama dari
herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk
terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa persalinan
merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar sebab
infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian atau
kerusakan otak yang serius.
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal,
anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan
yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan
seks. Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali
menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks.
Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan
untuk tertular penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.
4.
HIV / AIDS.
HIV / AIDS adalah Penyakit dengan cara
penularan melalui hubungan persetubuhan atau senggama dan melalui transfusi
darah serta alat suntik. Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi
pertama kali. Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu,
termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan
pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya
menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi
tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun, virus tersebut secara
terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi
semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik. Hampir
semua orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS. 20-30% dari bayi yang lahir
dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari
AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran 20% dari bayi-bayi yang
terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat
antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin
untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar. Tidak melakukan
hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di
mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin
dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah
penularan HIV melalui hubungan seks. Kondom dapat menurunkan risiko
penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan.
Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik.
Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan
untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah
maupun produk darah.
5.
Human Papilloma Virus.
HPV adalah virus yang menyebabkan kutil
kelamin. Beberapa strains dari virus ini berhubungan kuat dengan kanker
serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis dan
anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus
HPV. Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika
setiap tahunnya. Pada bayi-bayi yang terinfeksi virus ini pada proses
persalinan dapat tumbuh kutil pada tenggorokannya yang dapat menyumbat jalan
nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
Tidak melakukan hubungan seks secara
vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara
pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan. Kondom hampir tidak
berfungsi sama sekali dalam mencegah penularan virus ini melalui hubungan seks.
6.
Sifilis.
Sifilis adalah infeksi menular seksual
yang cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau
oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan
non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak
dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi. Pada
fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit atau "chancres" yang biasanya
muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di bagian tubuh yang lain,
jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase berikutnya yang dapat
meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada tenggorokan, rambut rontok
dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Jika tidak diobati, sifilis dapat
menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf, tulang dan
sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita
sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan
meningkat karena luka (chancres)
merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Tidak melakukan hubungan seks secara
vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara
pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan
seksual. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko
tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih ada kemungkinan
tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah
kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau
lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
7.
Trikomoniasis adalah PMS ( Penyakit Menular Seksual ) yang
dapat diobati yang paling banyak terjadi pada perempuan muda dan aktif
seksual. Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas vaginalis dapat bertahan
hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan dapat menular dengan
pinjam meminjam pakaian tersebut. Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang
banyak, berbusa, dan berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit
pada saat buang air kecil dan atau saat berhubungan seksual juga sering
terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina dan gatal atau mungkin tidak
ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan terjadi radang pada
saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis, namun pada
laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Trikomoniasis pada perempuan hamil dapat menyebabkan
ketuban pecah dini dan kelahiran prematur. Tidak melakukan hubungan seks secara
vaginal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100%
efektif mencegah penularan trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon
dan berbagai metode penghalang sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak
menghilangkan risiko untuk tertular penyakit ini melalui hubungan seks.
Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk atau pakaian dengan orang lain
untuk mencegah penularan non-seksual dari penyakit ini. ( Siti Nurul Qomariyah redaksi, 2007 )
Komentar
Posting Komentar