MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS BAYI DAN BALITA BRONKOPNEUMONIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang masalah
Penyakit
infeksi paru merupakan penyakit infeksi yang paling sering ditemukan
dimasyarakat maupun yang dirawat di rumah sakit, dan masih merupakan masalah
kesehatan utama di seluruh dunia. Penyakit infeksi paru berkisar 60%-80% dari
seruruh penyakit paru, sedangkan sisanya 20%-40% adalah penyakit non infeksi
(Tjandra, 2001).
Penyakit
infeksi paru masih merupakan penyebab kematian yang amat penting di indonesia.
Baik yang mengenai cabang-cabang pembuluh paru (bronkus, bronkiolus) atau yang
mengenai jaringan paru-paru (pneumonia, TBC) (Tjandra, 2001). Penyakit infeksi
paru sebagai penyebab kematian tertinggi adalah pneumonia (Hadiarto, 1992).
Salah
satu penyakit infeksi paru adalah pneumonia. Peneumonia adalah infeksi saluran
pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak
dibedakan menjadi :
- Pneumonia lobaris
- Pneumonia intertisial (bronkiolitis0
- Bronkopneumonia
Pneumonia adalah salah satu
penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya
didapatkan dipraktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan
kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak
dan balita hampir diseluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada
bayi kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat
menurunkan angka kematian anak.
Penegakan diagnosa secara
cepat dan tepat serta pemilihan antibiotika berdasarkan uji kepekaan akan
sangat membantu dalam pelaksanan dan terapi. Diperlukan pengetahuan dan
pengalaman tentang kuman-kuman penyebab infeksi paru dan kepekaanya terhadap
beberapa anti biotika. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran mikro
organisme penyabab infeksi paru non tuberkolosis dan pola kepekaanya terhadap
beberapa antibiotika.
B.Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan setelah diskusi
mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan bronkopneumonia
dengan tujuh langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa
diharapkan mampu mengkaji balita dengan bronkopneumonia
b) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan
interpretasi terhadap data yang diperoleh
c) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan
diagnosa potensial terhadap balita dengan bronkopneumonia
d) Mahasiswa diharapkan mampu mengantisipasi
tindakan segera terhadap balita dengan bronkopneumonia
e) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan
perencanaan terhadap balita dengan
bronkopneumonia
f) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan
pelaksanaan terhadap balita dengan bronkopneumonia
g) Mahasiswa diharapkan mampu melakukan
evaluasi tindakan terhadap balita dengan bronkopneumonia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan bercak-bercak infiltrate (Whalley and
Wong, 1996).
Bronkopneumonia
adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu
meningakt, nadi meningkat, pernafasan meningkat
( Suzanne
G.Bare.1993 ).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru- paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing ( Sylvia
Anderson, 1994 )
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat di simpulkan bahwa Bronchopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, dan benda asing.
B. Etiologi
Penyebab bronchopneumonia yang biasa dijumpai adalah :
a. Factor Infeksi
Ø
Pada Neonatus :
Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV ).
Ø
Pada Bayi
Virus : Virus
parainfluensa, virus influenza, adeno virus, RSV, cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium tuberculosa,
B.pertusis.
Ø
Pada Anak-Anak :
Virus : Parainfluenza, Influenza virus, adeno
virus, RSP.
Organisme Atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri :
Pneumokokus, mycobakterum tuberculosa.
Ø Pada anak
besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C.
Trachomatis
Bakteri : Pneumokokus, B pertusis, M. Tuberculosis.
b. Faktor non infeksi
·
Terjadi
akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :
- Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi
selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyk tanah
dan bensin).
- Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat
yang mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap
keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian
makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit
tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan
minyak ikan.
· Selain
faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya
bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penserita-penderita penyakit yang
berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
C. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan
infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyabab bronkopneumonia
yang masuk kesaluran pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan
alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis,
emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan
mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas ronchi. Fibrosis
bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang
berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Enfisema ( tertimbunnya cairan atau
pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada
klien terjadi sianosis, dispnea dan
kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas.
D.
Tanda dan Gejala
Bronkopneumonia biasanya
diahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu
dapat naik secara mendadak sampai 39º-40ºC dan mungkin disertai kejang karena
demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis disekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak akan mendapat batuk setelah
berapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif.
Pada pemeriksaan fisik
didapatkan :
a.
Inspeksi
: pernapasan cuping hidung (+), sianosis sekitar mulut dan hidung, retraksi sela iga.
b. Palpasi :
stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit
c. Perkusi :
sonor memendek sampai beda
d. Auskultasi :
suara pernapasan mengeras ( vesikuler mengeras ) disertai ronchi basah
gelembung halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik
tergantung pada luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi thorak sering tidak
dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi hanya terdengar ronchi basah
gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia
jadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan
suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras.
E.
Penatalaksanaan
a. Medik
Pengobatan diberikan
berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu, dan
pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan :
i.
Penisilin
50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kgBB/hari atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
ii.
Pemberian
oksigen dan cairan intravena biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan NaCl
0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/botol
infus.
iii.
Karena
sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah
arteri. Pasien bronkopneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.
b. keperawatan
Seringkali pasien pneumonia
yang dirawat dirumah sakit datang sudah dalam keadaan payah, sangat dispnea,
pernapasan cuping hidung, sianosis, dan gelisah. Masalah pasien yang perlu
diperhatikan adalah menjaga kelancaran pernapasan, kebutuhan istirahat,
kebutuhan nutrisi atau cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi, dan
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.menjaga kelancaran pernapasan
Pasien pneumonia berada dalam
keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir
dalam bronkus atau paru. Agar pasien dapat bernapas dengan lancar lendir
tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan
memberikan O2 2l/menit secara rumat. Pada anak yang agak besar ( sudah mengerti
) berikan sikap baring setengah duduk, longgrakan pakaian yang menyekat seperti
ikat pinggang, kaos baju yang agak sempit. Ajarkan agar bila ia batuk lendirnya
dikeluarkan dan katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya
tidak akan hilang ( sediakan kertas tisue dan tempat penampung ). Beritahukan
kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit, boleh duduk
atau miring ke bagian dada yang lain.
Pada bayi, baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan
memberikan ganjal di bawah bahunya. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita,
atau celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan berikan O2 secara rumat
sampai 2 L / menit. Pengisapan lendir harus sering, yaitu pada saat terlihat
lendir di dalam mulut, pada waktu akan memberi minum, mengubah sikap baring
atau tindakan lain. Perhatikan dengan cermat pemberian infus; perhatikan apakah
infus lancar.
2. Kebutuhan istirahat
Pasien penumonia adalah pasien
payah, suhu tubuhnya tinggi, sering hiperpireksia, maka pasien perlu cukup
istirahat, semua kebutuhan harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian
obat secara tepat. Pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan
dilakukan waktu pasien sedang tidur. Usahakan keadan tenang dan nyaman agar
pasien dapat istirahat sebaik-baiknya.
3. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien penumonia
hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi
selama beberapa hari dan masukan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk
mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori di pasang infus dengan cairan glukosa
5% dan NaCI 0,9% dalam perbandingan 3:1 di tambahkan KCI 10 mEq/500 ml / botol
infus. Apabila sesak nafas telah berkurang pasien diberikan makanan lunak dan
susu. Bujuklah agar anak mau makan, dan waktu menyuapi harus sabar karena
keadaan sesak menyebabkan pasien cepat lelah lelah waktu mengunyah.
Pada
bayi yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek selain
memperoleh infus. Beritahukan ibunya agar pada waktu bayi menetek puting
susunya harus sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi
bernapas. Bila bayi masih belum mau mengisap, ASI harus di pompa, dan diberikan
pakai sendok. Jika bayi minum susu formula juga harus diberikan dengan
sendok. Bila keadaan membaik dapat dicoba dengan dot, dan dot harus sering
dicabut. Berikan susu 1 botol 2-3
kali dengan istirahat ¼ jam karena jika tidak, pasien akan kelelahan. Bila
terpaksa memberikan susu sendok juga harus dibagi 2-3 kali karena jika lambung
mendadak penuh menyebabkan sesak nafas.
4. Mengontrol suhu tubuh
Pasien penumonia
sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka suhu harus
dikontrol setiap jam selain diusahakan untuk menurunkan suhu dengan memberikan
kompres dingin dan obat-obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah
suhu telah turun.
5. Mencegah komplikasi / gangguan rasa aman
dan nyaman
Komplikasi
yang terjadi terutama disebabkan oleh lendir yang tidak dapat dikeluarkan
sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindarkan terjadinya
lendir yang menetap ( mucous plug) maka sikap baring pasien, terutama bayi,
harus diubah posisinya tiap 2 jam dan pengisapan lendir sering di lakukan.
Setiap mengubah sikap lakukan sambil menepuk-nepuk punggung pasien kemudian
jika terlihat lendirnya meleleh segera di hisap.
Bila
lendir tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan postural drainage.
Caranya, bayi dibaringkan tengkurap, didepannya letakkan handuk sebagai alas,
di bawah perutnya di ganjal guling sehingga posisi kepala lebih rendah. Lakukan
tepukan dengan kedua tangan yang dicekungkan di punggung bayi secara ritmik
sambil sering diisap lendirnya dari hidung dan mulut. Lama tindakan ini 5-10
menit dan dapat dilakukan pagi dan sore. Jika lendir sudah berkurang maka
fisioterapi dapat dilakukan sekali sehari, biasanya pagi saja.
Mengenai
gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien lain yang dirawat dirumah sakit.
Pemberian O2, pemerikasaan foto, dan pemasangan infus bagi anak akan
menimbulkan rasa takut dan tidak menyenangkan. Hal ini hanya perlu pendekatan,
jika ada orang tuanya jelaskan semua tindkan dan mintalah orang tua
membujuknya. Tindakan sering mengubah sikap berbaring selain untuk mencegah
pengendapan lendir juga memberikan rasa aman dan nyaman.
6. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai
penyakit
Penyuluhan
terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia ialah dengan
memberikan pengertian jika anak batuk pilek disertai dengan demam sudah 2 hari
tidak juga sembuh agar dibawa berobat ke pelayanan kesehatan.
Pada
bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh dari
penyakit diare atau anak sering batuk pilek, janganlah dibawa keluar pada malam
hari atau dibiarkan main diluar jika udara tidak baik karena hal tersebut dapat
menjadi penyebab pneumonia. Selain hal itu perlu pemeliharaan kesehatan dan
kebersihan lingkungan agar anak tetap sehat.
ASKEB PADA BALITA SAKIT
Tanggal masuk : 16-12-2008
Pukul : 11.15
WIB
No.MR : 56
1. PENGKAJIAN tgl/jam
: 16-12-2008 / 11.15 WIb
A.
Data Subyektif
1.
Identitas balita
Nama : An. G
Umur :
3 tahun
Jenis
kelamin : perempuan
Tanggal lahir : 12-12-2005
2. Identitas
penanggung jawab
Nama : Ny. S
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat :Kauman
Telp
: 08175754260
3. Anamnesa
a.
Keadaan bayi
Bayi
tampak lemah, pucat
b.
Alasan pemeriksaan
Ibu mengatakan sudah 2 hari anaknya demam
dan batuk-batuk
c.
Riwayat obstetric
P2
A0 Ah2
d.
Riwayat persalinan
NO
|
ANAK KE
|
JENIS PERSALINAN
|
PETUGAS
|
TEMPAT PERSALINAN
|
1.
|
An.T
|
Spontan
|
Bidan
|
Puskesmas
|
2.
|
An.G
|
Spontan
Lahir
Tgl 12-12-08
BB
: 3000 gr
PB
: 48 cm
LD
: 32 cm
LK
: 33 cm
LILA
: 8 cm
|
Bidan
|
Puskesmas
|
e.
Status imunisasi
IMUNISASI
|
TANGGAL I
|
TANGGAL II
|
TANGGAL III
|
TANGGAL IV
|
BCG
|
|
|
|
|
Hepatitis
B
|
|
|
|
|
DPT
|
|
|
|
|
POLIO
|
|
|
|
|
Campak
|
|
|
|
|
MMR
|
|
|
|
|
Meningitis
|
|
|
|
|
Ibu mengatakan anaknya yang bernama An.G sudah lengkap mendapatkan
imunisasi
f. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Porsi makan sehari-hari :2x sehari setengah piring
Jenis :Nasi
dan lauk
Makanan pantang :Tidak
ada
Pola minum :4-5
gelas
Masalah :Susah
makan dan susah minum
2) Eliminasi
a) BAK
Frekuensi 5-6
kali/hari jumlah warna
kuning jernih
Keluhan tidak ada
b) BAB
frekuensi 1 kali/hari jumlah warna kuning
Keluhan tidak ada
3) Istirahat
Siang 2 jam malam 8 jam
Keluhan selalu terbangun pada
saat tidur
4) Aktivitas : Bermain
5) Personal higiene :
Anak mandi : 2 kali/hari
Gosok gigi : 2 kali/hari
Ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
B. Data Obyektif
1.Pemeriksaan umum
KU :
Lemah
Kesadaran : Composmentis
PB :
78 cm
BB : 10 kg
LLA : 13 cm
LK : 40 cm
LD : 42 cm
Vital sighn : T: -,
N:
84 kali/menit
S:39° C
R:56 kali/menit
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Mesocepal, rambut hitam, lebat
Muka : Simetris, pucat
Mata : Simetris, konjungtiva merah
muda, sclera putih
Hidung : Berlubang, bersih, tidak ada polip
Bibir : Tidak ada stomatitis, lidah
kotor
Telinga : Simetris bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis
Aksila :Tidak ada benjolan
Dada :Simetris, ada puting, ada
tarikan dinding dada kedalam.
Abdomen :Tidak ada luka operasi
Genetalia :Bersih
Ekstremitas :Jari kaki dan tangan lengkap
3. Pemeriksaan penunjang
II. INTERPRESTASI DATA Tgl/jam 16-12-2008/11.30
WIB
- Diagnosa Kebidanan
Seorang balita sakit, umur 3 tahun,
perempuan dengan bronkopneumonia.
Data dasar
DS :
§ Ibu mengatakan anaknya sudah 2 hari
batuk-batuk, demam tinggi.
§
Jenis kelamin anak perempuan
§ Tanggal lahir anak 12-12-2005, umur 3 tahun
DO :
§ Ku
: lemah
§ Kesadaran
: composmentis
§ Pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis disekitar hidung dan mulut
- Diagnosa Masalah
Ibu
mengatakan selama 2 hari anaknya demam
tinggi dan lemah
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. PERENCANAAN tgl:16-12-2008 jam:11.35 WIB
§ Informasi hasil pemeriksaan
§ Pemberian obat oral
§ Berikan KIE untuk merangsang nafsu makan
anak
VI. PELAKSANAAN
§ Menginformasikan hasil pemeriksaan (
mengukur suhu, respirasi dan nadi)
§ Telah memberikan obat paracetamol syrup
dan amoxillin syrup
§ Telah memberikan KIE untuk merangsang
nafsu makan anak dan menyarankan untuk istirahat
VII. EVALUASI
§ Ibu telah mengetahui hasil pemeriksaan ( S
: 39º C, R : 56 x/menit, N : 84 x/menit )
§ Ibu bersedia meminumkan obat
paracetamol syrup dan amoxillin syrup
dengan dosis ½ sendok teh 3 x/hari
§ Ibu telah mengetahui dan mengerti cara
merangsang nafsu makan anak salah satunya dengan memberikan multivitamin
penambah nafsu makan dan berusaha agar anaknya mau istirahat
DAFTAR PUSTAKA
. Http://augusfarly.Wordpress.com/2008/08/21/asuhan Keperawatan pada anak-anak dengan broncopeneumoni/
Hasan
rusepno dkk. Ilmu Kesehatan Anak.
Infomedika . 1981.Jakarta.
Wiknjosastro
hanifa dkk. Ilmu Kebidanan. Tridasa
printer. 2006.Jakarta.
Ngastiah.
1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit
Buku Kedokteran. Jakarta.
Staff
Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985.Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta.
Komentar
Posting Komentar