IMD (INISIASI MENYUSU DINI)
1.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a. Pengertian
Dalam buku Paket Modul Kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
dan ASI Ekslusif 6 Bulan terbitan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2008 pengertian Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari putting susu ibunya sendiri
(tidak disodorkan ke puting susu). Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga halnya
bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Dibiarkan kontak
kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir
(Roesli, 2008: 3)
Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan
diperut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya
setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui lima tahapan perilaku (pre – feeding behavior) sebelum ia
berhasil menyusu. Berikut ini lima tahap perilaku bayi tersebut:
1)
Dalam
30 menit pertama, stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest quite alert stage). Sesekali
matanya terbuka lebar melihat ibunya. Masa tenang yang istemewa ini merupakan penyesuaian
peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini
merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana dalam aman. Hal ini meningkatkan
kepercayaan diri ibu terhadap kemampuan menyusui dan mendidik anak.
2)
Antara
30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium, dan
menjilat tangan. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada
ditangannya. Bau ini sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Bau ini
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu.
3)
Mengeluarkan
air liur : Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mulai
mengeluarkan air liurnya.
4)
Bayi
mulai bergerak ke arah payudara. Areola (kalang payudara) sebagai sasaran,
dengan kaki menekan perut ibu. Menghentak-hentak kepala ke dada ibu, menoleh ke
kanan dan kiri serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya
dengan tangannya.
5)
Menemukan,
menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar, dan melekat dengan baik (
Roesli,2008:17)
Berkaitan
dengan kontak kulit antara ibu dan bayi, kegiatan ini sangat besar manfaatnya
bagi bayi dan ibu itu sendiri. Manfaat kontak kulit bayi ke kulit ibu:
1)
Dada
ibu menghangatkan bayi dengan tepat.
Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat
menyusu menurunkan resiko kematian karena hypothermia
(kedinginan).
2)
Ibu
dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung
bayi stabil. Dengan demikian, bayi akan lebih jarang rewel sehingga mengurangi
pemakaian energi.
3)
Bayi
memperoleh bakteri tak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu.
Bakteri baik ini akan membuat koloni usus dan kulit bayi untuk menyaingi
bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4)
Bayi
mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan antibody (zat
kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk pertumbuhan usus,
usus bayi ketika dilahirkan masih sangat muda, tidak siap untuk mengelola
asupan makanan. Antibody dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi,
sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi.
5)
Bayi
memperoleh ASI (makanan awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus,
dan alergi. Makanan lain selain ASI mengandung protein yang bukan protein
manusia (misalnya susu hewan), yang tidak dapat dicerna dengan baik oleh usus
bayi.
6)
Bayi
yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan
mempertahankan menyusu setelah enam bulan.
7)
Sentuhan,
kuluman, dan jilatan bayi pada puting susu akan merangsang keluarnya oksitosin
yang penting karena menyebabkan rahim berkontraksi membantu mengeluarkan
plasenta dan mengurangi perdarahan ibu, merangsang hormon lain yang membuat ibu
menjadi tenang, rileks, mencintai bayi, lebih kuat menahan sakit/nyeri, dan
timbul rasa sukacita/bahagia, merangsang pengaliran ASI dari payudara, sehingga
ASI matang (yang berwarna putih) dapat lebih cepat keluar. (Departemen
Kesehatan RI, 2008: 28).
b. Tatalaksana
Tahapan-tahapan yang perlu diperhatikan
untuk menyukseskan terjadinya inisiasi menyusu dini. Utami Roesli (2008:20)
mengkategorikan tahapan inisiasi menyusu dini dalam satu kategori yaitu tatalaksana inisiasi menyusu dini
secara umum (untuk ibu yang melahirkan normal).
1)
Tata
laksana Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum
a) Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi
ibu saat persalinan.
b) Disarankan untuk tidak atau mengurangi
penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat digantikan dengan cara
non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan, atau hynobirthing.
c) Biarkan ibu menentukan cara melahirkan
yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok,
d) Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan
secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamakan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.
e) Bayi ditengkurapkan di dada atau perut
ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan
kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai.
Keduanya diselimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi.
f) Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu.
Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi
ke puting susu.
g) Ayah didukung agar membantu ibu mengenali
tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung
beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan
rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit
ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama
sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu
jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil
menyusu pertama.
h) Dianjurkan untuk memberikan kesempatan
kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya
operasi Caesar.
i) Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang,
diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang
invasive, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.
j) Rawat gabung-ibu dan bayi dirawat dalam
satu kamar. Selam 24 jam ibu-bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam
jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI
“keluar”) dihindarkan.
Komentar
Posting Komentar