ASKEB IBU HAMIL PATOLOGI DENGAN SEROTINUS




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah besar di Negara berkembang, di Negara miskin sekitar 25 - 50% kematian wanita subur disebabkan hal yang berkaitan dengan assessment safe mother hood tahun 1990 – 1991, suatu hasil kegiatan ini adalah rekomendasi rencana kegiatan 5 tahun dalam bentuk strategi rasional untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu (AKI), sedangkan penyebab tak langsung kematian ibu antara lain anemia, Kurang Energi Kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu” (terlalu tua, muda, dan banyak). (Sarwono, 2008).
Kehamilan merupakan peristiwa luhur dan merupakan proses reproduksi yang dialami seseorang, setiap wanita hamil membawa resiko yang bersifat dinamis. Artinya kehamilan normal dapat berubah menjadi resiko tinggi atau sebaliknya. Misalnya seorang ibu hamil normal bisa mengalami kelainan letak pada kehamilan preterm, terutama pada TM II, letak dan presentasi janin belum stabil yang bisa beresiko terhadap ibu dan janinnya sehingga ibu hamil perlu mewaspadai terjadinya resiko dalam kehamilan, baik kehamilan primi atau multi, kehamilan tetap membawa resiko.
Pada multigravida sering umumnya mengalami banyak masalah, karena memiliki pengalaman sebelumnya. Sedangkan pada primigravida sering mengahadapi beberapa masalah yang berkaitan dengan adaptasi kehamilan dimana ibu merasa terganggu, maka diperlukan asuhan antenatal bagi seluruh ibu hamil untuk memonitor dan mendeteksi resiko tinggi kehamilan normal.
Berdasarkan gambaran di atas asuhan antenatal sangat penting dalam upaya penurunan angka kematian ibu. Yakni, melakukan pencegahan dengan menemukan faktor resiko tinggi ibu hamil melalui pemeriksaan kehamilan secara berkala sesuai dengan program KIA untuk menjamin kualitas atau mutu pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) merupakan bagian terpenting yang secara efektif dapat membantu ibu hamil dalam memecahkan masalah terutama pada multigravida dengan kurangnya pengetahuan tentang kehamilan fisiologi.

B.     Tujuan
1.   Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis dengan serotinus menggunakan menajemen menurut Varney.
2.    Tujuan Khusus
a)   Melakukan pengkajian dan pengumpulan data pada ibu hamil dengan serotinus.
b)   Menentukan interpretasi data dasar pada ibu hamil dengan serotinus
c)   Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan serotinus
d)   Menentukan antisipasi tindakan segera pada ibu hamil dengan serotinus.
e)   Menentukan perencanaan asuhan kebidanan secara menyeluruh yang akan dilakukan pada ibu hamil dengan serotinus.
f)    Melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya pada ibu hamil dengan serotinus.
g)   Melakukan evaluasi atas tindakan yang sudah dilakukan pada ibu hamil dengan serotinus.
h)   Menilai kesenjangan asuhan yang dilakukan dilapangan dengan teori
C.    Manfaat
1.      Manfaat teoritik
Memberikan sumbangan teoritik bagi ilmu kebidanan terutama dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil patologis.
2.    Manfaat praktik
A.      Bagi BPS Sukani S.SiT
Sebagai masukan dalam memberikan pelayanan kepada ibu hamil  patologis di BPS Sukani S.SiT.

B.     Bagi pasien
Memberikan tambahan pengetahuan lebih jauh tentang kehamilan patologis.
C.     Bagi penulis
Diharapkan dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan melaksanakan asuhan pada ibu hamil patologis.
D.    Pembatasan Kasus
Sasaran            : Ibu Hamil Dengan Serotinus
Tempat            : BPS Sukani S.SiT
Waktu             : 22 Desember 2012  pukul:  14.30 wib
E.     Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data pada kasus ini adalah:
1.         Wawancara yaitu dengan mewawancarai klien atau keluarga secara langsung melalui lisan.
2.         Dokumentasi yaitu teknik pencatatan dari data yang sudah dikumpulkan untuk dijadikan bahan pendukung dalam menganalisa data.
3.         Observasi yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
4.         Studi kepustakaan yaitu referensi dari berbagai buku dan internet sebagai bahan acuan.











BAB II
ISI
2.1  Kehamilan
Pengertian
            Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi persalinan (Manuaba. 1998). Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap (Mansjoer, Arif. 2001).
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melampaui umur 294 hari (42 minggu) dengan segala kemungkinan komplikasinya (Manuaba. 2001). Kehamilan posterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended pregnancy, postdate/ posdatisme atau pascamaturitas, adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari ((WHO 1977, FIGO 1986) Sarwono. 2008).

2.2  Etiologi
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebalinya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. (Manuaba. 1998).
            Tidak timbulnya his karena kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta, dan kerentanan akan stres (Mansjoer, Arif. 2001).
            Menurut Sarwono (2008) sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm belum jelas. Beberapa teori yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut;
1.      Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron.
2.      Teori oksitosin
Pemakaian okitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan postterm.
3.      Teori Kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenalin adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
4.      Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servilkalis dari pleksus Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.
5.      Heriditer
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan berikutnya.


2.3  Manifestasi Klinis
Menurut Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998; hal 225)
1.         Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
2.         Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
3.         Berat badan ibu mendatar atau menurun.
4.         Air ketuban terasa berkurang.
5.         Gerak janin menurun.
Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2001. Hal 276).
Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif  < 7x/ 20 menit atau secara obyektif dengan KTG <10x/ 20 menit.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi:
1.      Stadium I        : Kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2.      Stadium II      : Seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.
3.      Stadium III     : Seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.
2.4  Komplikasi
2.4.1   Untuk ibu
2.4.1.1       Rasa takut akibat terlambat lahir.
2.4.1.2   Rasa takut menjalani operasi dengan akibatnya: Trias komplikasi ibu
2.4.2  Untuk janin
2.4.2.1   Oligohidramnion
Air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu adalah 1000cc, aterm 800cc, dan lebih dari 42 minggu 400cc. Akibat oligohidramnion adalah amnion menjadi kental karena mekonium (diaspirasi oleh janin), asfiksia intrauterin (gawat janin), pada in partu (aspirasi air ketuban, nilai Apgar rendah, sindrom gawat paru, bronkus paru tersumbat sehingga menimbulkan atelektasis).


   2.4.2.2  Diwarnai Mekonium
Mekonium keluar karena refleks vagus terhadap usus. Peristaltik usus dan terbukanya sfingter ani membuat mekonium keluar. Aspirasi air ketuban yang disertai mekonium dapat menimbulkan pernafasan bayi atau janin, gangguan sirkulasi bayi setelah lahir, dan hipoksia intrauterin sampai kematian janin.

      2.4.2.3        Makrosomia
Dengan plasenta yang masih baik, dapat terjadi tumbuh kembang janin dengan berat 4500 gram yang disebut makrosomia. Akibatnya terhadap persalinan adalah perlu dilakukannya tindakan operatif seksio sesaria, dapat menjadi trauma persalinan karena distosia bahu yang menimbulkan kematian bayi, atau trauma jalan lahir ibu.
      2.4.2.4        Dismaturitas bayi
Pada kehamilan 37 minggu, lias plasenta 11 m2 selanjutnya, terjadi penurunan fungsi sehingga plasenta tidak berkembang atau terjadi klasifikasi dan aterosklerosis pembuluh darah. Penurunan kemampuan nutrisi plasenta menimbulkan perubahan metabolisme menuju an aerob sehingga terjadi badan keton dan asidosis. Terjadi dismaturitas dengan gejala Clifford yang ditandai dengan:
1.      Kulit : subkutan berkurang dan diwarnai mekonium;
2.      Otot makin lemah;
3.      Kuku tampak panjang;
4.      Tampak keriput;
5.      Tali pusat lembek, mudah tertekan dan disertai oligohidramnion.
(Manuaba. 2008.)
2.5  Penatalaksanaan
2.5.1        Di Bidan Praktek Mandiri:
2.5.1.1  Melakukan konsultasi dengan dokter
2.5.1.2  Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit.
2.5.1.3  Merujuk pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.
2.5.2        Di Rumah Sakit:
       Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan induksi persalinan atau persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak menimbulkan penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang cukup.
            Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode:

2.5.2.1  Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5%, banyak digunakan.
Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8 tetes, dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu 24 sampai 48 jam atau lakukan opersai seksio sesarea.
2.5.2.2  Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
2.5.2.3  Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontrasi otot rahim terutama dirangsang oleh prostaglandin. Pemakaian sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena (Nalador) dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria) (Manuaba..1998).
Menurut Arief Mansjoer (2001) Penatalaksanaan kehamilan lewat waktu bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 inggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea.
2. Induksi Persalinan.
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) sebelum mengambil langkah, bberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kehamilan postterm adalah sebagai berikut.
1.  Menentukan apakah kehamilan memeang telah berlangsung lewat bulan atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi dari postterm ini.
2.  Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
3.  Periksa kematangan serviks dengan skor bishop. Kematangan serviks ini memegang peranan penting dalam pengelolaan kehamilan postterm. Sebagian besar kepustakaan sepakat bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41 maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.

Dalam buku Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi, Skor Bishop adalah suatu cara untuk menilai kematangan serviks dan responnya terhadap suatu induksi persalinan, karena telah diketahui bahwa serviks dengan skor bishop rendah (serviks belum matang) memberikan angka kegagalan yang lebih tinggi dibanding serviks yang matang.
Lima kondisi yang dinilai dari serviks adalah:
1.      Pembukaan (Dilatation)
2.      Pendataran (Effacement)
3.      Penurunan Kepala janin (Station)
4.      Konsistensi (Consistency)
5.      Posisi ostium uteri (Position)



TABEL SKOR BISHOP
SKOR
0
1
2
3
Pembukaan
0
1-2
3-4
5-6
Pendataran
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Stasion
-3
-2
-1
+1 +2
Konsistensi
Keras
Sedang
Lunak
Amat lunak
Posisi os
Posterior
Tengah
Anterior
Anterior
           
                   CARA PEMAKAIAN
Tambah 1 angka untuk
Kurangi 1 angka untuk
Pre-eklampsia
Setiap normal partus
Postdate
Nullipara
Ketuban negatif/lama


BILA TOTAL SKOR
KEMUNGKINAN

BERHASIL
GAGAL
0-4
50-60%
40-50%
5-9
90%
10%
10-13
100%
0%

Yang disebut induksi persalinan persalinan berhasil dalam obstetri modern ialah: bayi lahir pervaginam dengan skor APGAR baik (>6), termasuk yang harus dibantu dengan ekstraksi forseps ataupun vakum. (Chrisdiono,2004)
Bila serviks telah matang (dengan nilai bishop >5) dilakukan induksi persalinan dan dilkukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan resiko kegagalan ataupun persalinan tindakan (Sarwono, 2008).

2.2 Tinjauan asuhan kebidanan
1. Pengertian asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai wewenang dalam lingkup prateknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan, dengan memperhatikan pengaruh-pengaruh social, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dank ode etik serta hubungan interpersonal dan hal dalam mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin/bayi dan  penolong serta kepuasan perempuan dan keluarganya. Asuhan kebidanan dibidanan diberikan dengan mempratikan prinsip-prinsip bela rasa, kompetensi, suara hati, saling percaya dan komitment untuk memelihara serta meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin/ bayinya (varney, 1997).
2. Pengertian manajemen kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, ilmiah penemuan-penemuan, keterampilan dan rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu yang berfokus pada klien (varney.1997).
3. Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney (1997), yaitu :
a.      Pengkajian
Menurut muslihatun dkk (2009) pengkajian merupakan suatu langkah awal yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien. Pada tahap ini semua data dasar dan informasi yang akurat dan lengkap tentang klien dikumpulkan dan dianalisis untuk mengevaluasi keadaan klien. Data yang dikumpulkan pada langkah ini adalah :
1.         Data subyektif
a)        Identitas pasien
Nama                 : dalam pengkajian data nama merupakan informasi yang didapatkan dari pasien. Nama dikaji dengan tujuan agar dapat mengenal/memanggil penderita lain (Hidayat,2008).
Umur                 : dalam pengkajian data umur merupakan informasi yang didapatkan dari pasien. Sehingga kita dapat mengetahui usia aman untuk kehamilan dan persalinan yaitu umur 20-30 tahun (wiksnjosastro, 2007)
Agama               : dengan mengetahui agama pasien maka kita dapat memberikan asuhan yang sesuai denmgan agama pasien dan juga untuk menuntun kesuatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan pasien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan persalinan (Hidayat, 2008)
Suku/bangsa      :berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaaan sehari-hari, sehingga dalam memberikan pelayanan dapat disesuaikan dengsn suku/bangsa serta kebiasaaan yang ada (Hidayat, 2008).
Pendidikan        : berpengaruh pada tingkat penerimaan pasien terhadap konseling yang diberikan serta tingkat konseling yang diberikan serta tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap keadaannya (Muslihatun dkk, 2009).
 Pekerjaan          : berkaitan dengan keadaan pasien maka pekerjaan perlu dikaji apakah keadaan terlalu berat sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya keadaan yang lebih parah (Muslihatun dkk, 2009).
Alamat              : untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan kujungan pada penderita (Muslihatun dkk, 2009).
b)      Keluhan utama
Menurut Muslihatun dkk, (2009) keluhan utama berkaitan dengan kejadian yang dirasakan pasien pada pasien anemia keluhan yang dirasakan oleh ibu seperti cepat lelah, sering pusing, mata berkunang, nafsu makan turun.
c)      Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan dahulu
Menurut Muslihatun dkk, (2009) riwayat kesehatan yang lalu ditunjukan pada pengkajian penyakit yang diderita pasien yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan yang sekarang. Perlu dikaji juga ibu mempunyai penyakit jantung, asma, hipertensi, DM, karena jika penyakit-penyakit tersebut sudah ada sebelum ibu hamil maka akan diperberat dengan adanya kehamilan, dapat beresiko pada waktu persalinan.
2)      Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Muslihatun dkk, (2009) riwayat kesehatan kesehatan ini dikaji untuk meengetahui adakah penyakit yang diderita pasien seperti penyakit jantung, asma, hipertensi, dan DM.
3)      Riwayat kesehatan keluarga
Menurut Muslihatun dkk, (2009) riwayat  kesehatan ini dikaji untuk mengetahui apakah ada riwayat kembar pada keluarga, selain itu juga dikaji adakah riwayat kecacatan pada keluarga. Dan juga riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga seperti jantung, asma, hipertensi, TBC, HIV-AIDS, DM, dll.
d)     Riwayat obstetrik
1)      Riwayat menstruasi
Menurut Muslihatun dkk, (2009) riwayat mentruasi dikaji untuk mengetahui usia kandungan apakah sudah aterm atau belum, melalui HPHT karena bila dijumpai ibu bersalin dengan preterm (<37 minggu) merupakan kontraindikasi dilakukannya indikasi persalinan,selain itu untuk mengetahui apakah ibu ada riwayat patologis, maka ada kemungkinan terjadi infeksi.
2)      Riwayat kehamilan sekarang
Menurut Muslihatun dkk, (2009) perlu dikaji untuk menyatakan tentang keadaan kehamilan ibu yang sekarang ini.
e)      Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari sebelum dan sewaktu hamil.
1)      Pola nutrisi
Menggambarkan tentang kebutuhan nutrisi ibu selama hamil, apakah sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil, apakah sudah sesuai dengan gizi seimbang untuk ibu hamil (Muslihatun dkk, 2009). Bagaimana pola makan ibu sebelum hamil dan sewaktu hamil, jenis makanan apa saja yang ibu konsumsi sebelum dan selama hamil, porsi makan ibu sebelum dan sewaktu hamil apakah ada perbedaan atau tidak.
2)      Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB(frekuensi, jumlah, konsistensi, bau) dan kebiasaan BAK (warna, frekuensi, jumlah dan terakhir kali ibu BAB atau BAK), dilihat apakah ada perbedaan sebelum hamil dan selama hamil (Muslihatun dkk,2009).
3)      Pola istirahat
Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa jam ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam, karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu (Muslihatun dkk,2009)
4)      Personal hygine
Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari dan keramas dalam satu minggu. Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan dirinya (Muslihatun dkk, 2009)
5)      Pola seksual
Untuk mengetahui kapan ibu terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami karena prostaglandin yang terkandung dalam sperma dapat merangsang terjadinya kontraksi (Muslihatun dkk, 2009).
6)      Pola aktivitas
Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari terlalu berat, sehingga dapat mempengaruhi kehamilan, kegiatan ibu dimasyarakat apakah ibu mengikuti kegiatan arisan, pengajian, dan kegiatan lain yang ada dimasyarakat (Muslihatun dkk, 2009)
7)      Psikososiospiritual
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana respon, tanggapan, dukungan yang diberikan suami dan keluarga, serta kecemasan pasien  dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terjadi dalam kehamilan, bagaimana hubungan klien dengan masyarakat, apakah klien sering mengikuti kegiatan keagamaan yang ada dilingkungan sekitar (Muslihatun dkk, 2009)
2)   Data obyektif
Data obyektif dikumpulkan dengan cara melakukan pemeriksaan pada pasien untuk dapat menentukan interpretasi data. Data obyektif yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a)    Keadaan umum dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadi infeksi yang ditandai dengan suhu meningkat, nadi meningkat, untuk mendukung kondisi selama hamil berjalan baik, maka keadaan umum pasien dan tanda tanda fisik hendaknya tidak ada masalah (Muslihatun dkk, 2009)
b)   Pemeriksaan tanda vital
1)         Tekanan darah
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui tekanan sistolik dan tekanan diastolic darah. Dengan pemeriksaan ini kita bisa menilai adanya kelainan pada system kardiovaskuler. Tekanan darah normal pada orang dewasa yaitu tekanan sistolik kurang dari 130 Mmhg dan tekanan diastolic kurang dari 80 Mmhg (Manuaba, 2008)
2)         Pemeriksaan nadi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan irama detak jantung. Frekuensi nadi normal pada orang dewasa 60-90 kali permenit (Hidayat, 2008)
3)         Pemeriksaan pernafasaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama, kedalaman, dan tipe atau pola pernafasan. Frekuensi pernafasan normal orang dewasa yaitu sekitar 16-20 kali permenit (Hidayat, 2008)
4)         Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan suhu tubuh ibu, sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi dini suatu penyakit. Pemeriksaan ini bisa dilakukan melalui oral, rectal, dan aksila. Suhu tubuh normal pada orang dewasa yaitu 36-37°C (Hidayat, 2008)
c)    Pemeriksaan Fisik Pasien
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pada organ tubuh pasien (Muslihatun dkk,2009).
Pemeriksaan fisik meliputi :
1)   Kepala                : bentuk kepala, simetris atau tidak, apakah ada luka atau tidak, apakah ada luka bekas operasi atau tidak, apakah ada benjolan atau tidak.
2)   Muka                  : warna bersih atau tidak, simetris atau tidak, apakah ada cloasma atau tidak, apakah ada luka bekas operasi atau tidak.
3)   Mata                   : bersih atau tidak, simetris atau tidak, konjungtiva pucat atau tidak, sclera ikterik atau tidak.
4)   Hidung         : simetris atau tidak, bersih atau tidak, apakah ada polip atau tidak.
5)   Mulut                 : simetris atau tidak, ada stomatitis atau tidak, lidah pucat atau tidak.
6)   Telinga          : simetris atau tidak, bersih atau tidak.
7)   Leher                  : apakah ada pembesaraan kelenjar typoid, vena jugularis, apakah ada pembengakakan kelenjar parotis dan kelenjar limfe
8)   Dada                  : simetris atau tidak, bersih atau tidak, retraksi atau tidak.
9)   Payudara      : simetris atau tidak, hiperigmentasi pada areola atau tidak, putingg susu menonjol atau tidak, ada pengeluaran kolostrum atau tidak, nyeri tekan atau tidak.
10)     Abdomen        : apakah ada linea nigra, strie gravidarum atau tidak, apakah ada luka bekas operasi atau tidak.
Palpasi Leopold     
Leopold I    : Untuk mengetahui bagian janin yang terletak dibagian atas perut ibu.
Leopold II  : untuk mengetahui bagian janin yang terletak sebelah kanan dan kiri perut ibu. Leopold II dilakukan umur kehamilan 24 minggu
Leopold III             : untuk mengetahui bagian janin yang terletak pada bagian bawah perut ibu. Leopold III dilakukan umur kehamilan 24 minggu
Leopold IV             : untuk mengetahui bagian terendah janin apakah sudah masuk panggul atau belum. Leopold IV dilakukan umur kehamilan 24 minggu
DJJ              : diperiksa untuk mengetahui denyut jantung  janin. Djj normal 120-160kali/menit. DJJ terdengar mulai umur kehamilan 18 minggu.
11)         Genetalia       : adanya oedem, varises atau tidak , apakah ada pengeluaran lender darah atau tidak, apakah ada benjolan atau tidak
12)         Anus              : apakah ada hemoroid atau tidak
13)         Ekstremitas               :
a)         Atas                             : pergerakan aktif atau tidak, kuku pucat atau tidak.
b)        Bawah             : gerakan aktif atau tidak, normal atau tidak, apakah ada oedem dan varises atau tidak. Reflek patella kanan dan kiri positif atau tidak.
d)   Pemeriksaan penunjang      :
Data penunjang diperlukan untuk mengetahui apakah kehamilan normal apa tidak seperti laboratorium yaitu pemeriksaan HB. Apalagi HB ibu hamil <11gr% maka ibu hamil tersebut mengalami anemia. (soebroto, 2009). Pemeriksaan penunjang lainnya yaitu protein urin, urin reduksi, pemeriksaan panggul.
b.      Interprestasi Data
Menurut Muslihatun dkk (2009), pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap masalah atau diagnose berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan dirumuskan secara spesifik. Interprestasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan. Interpretasi data pada ibu dengan anemia adalah :
1.      Diagnosa kebidanan    : seorang ibu NY “...” usia...tahun G..P..A..umur kehamilan...minggu   janin...hidup/mati, presentasi...punggung... masuk panggul atau belum dengan anemia ringan.
Dasar subyektif           : 
a.       Ibu mengatakan berumur...tahun
b.      Ibu mengatakan ini kehamilan ke ...
c.       Ibu mengatakan cepat lelah
d.      Ibu mengatakan sering pusing
e.       Ibu mengatakan mata berkunang-kunang
f.       Ibu mengatakan nafsu makan menurun
g.      Ibu mengatakan HPHT
Dasar obyektif              :
a.           Vital sign
b.        Pemeriksaan fisik pada konjungtiva terlihat pucat
c.           Hasil palpasi Leopold I-IV
d.          TBJ
e.           TFU-Mcu. Donal
f.           Hasil pemeriksaan penunjang (Hb)

2.      Diagnosa masalah       : cemas
Dasar                           :
a.              Ibu mengatakan takut terjadi kelainan pada kehamilannya
b.             Ibu selalu bertanya mengenai keadaan kehamilannya.
3.      Diagnosa kebutuhan   :
a.              KIE diit tinggi kalori, tinggi protein dan tinggi FE.
b.             Istirahat cukup dan suplemen FE
c.       Diagnosa Potensial
Diagnosa atau masalah potensial didentifikasi berdasarkan diagnosis atau masalah yang telah teridentifikasi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman ( Muslihatun dkk, 2009). Diagnosa potensial pada anemia ringan yaitu anemia sedang.
d.        Antisipasi Tindakan Segera
Antisipasi Tindakan Segera dibuat berdasarkan hasil identifikasi pada diagnose potensial. Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menetapkan penanganan segera untuk mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan yang terjadi akibat anemia (Muslihatun dkk, 2009). Antisipasi tindakan segera yang dilakukan pada pasien dengan anemia ringan yaitu pemberian FE.

e.         Perencanaan
Menurut muslihatun dkk (2009) langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Rencana asuhan pada ibu dengan anemia ringan yaitu :
1.                   Beritahu hasil pemeriksaan pada  ibu
2.                   Berikan obat yaitu FE
3.                   Berikan KIE pola istirahat
4.                   Berikan KIE tentang pola nutrisi
5.                   Berikan ibu suport
6.                   Berikan KIE aktivitas sehari-hari
7.                   Anjurkan kepada ibu untuk kunjungan ulang
f.         Pelaksanaan
Menurut Muslihatun dkk (2009), melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan secara efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas lainnya. Walau  bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Pelaksanaan asuhan pada ibu hamil dengan anemia antara lain :
1.                   Memberikan hasil pemeriksaan ibu
2.                   Memberikan obat kepada pasien yaitu FE
3.                   Memberikan KIE pola istirahat yang baik kepada pasien
4.                   Memberikan KIE tentang pola nutrisi yang baik
5.                   Memberikan ibu suport
6.                   Memberikan KIE aktivitas sehari-hari
7.                   Menganjurkan kepada ibu untuk kunjungan ulang
g.        Evaluasi
Pada langkah ini dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosis maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat dianggap efektif apalagi ibu mengalami perkembangan yang lebih baik. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut terlaksana dengan efektif dan mungkin sebagaian belum  efektif. Karena proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan  maka perlu evaluasi, kenapa asuhan yang diberikan belum efektif. Langakah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengajian yang memperjelas proses berfikir yang mempengaruhi tindakan serta berorentasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik (Muslihatun dkk, 2009).
Evaluasi yang diharapkan dari asuhan pada ibu hamil dengan anemia ringan, antara lain : pasien mendapatkan terapi untuk menaikkan kadar KB, pasien mendapatkan konseling sesuai dengan kebutuhan, pasien mengerti dan paham serta berjanji akan melakukannya dirumah mengenai apa yang dianjurkan oleh petugas kesehatan.

C.      Aspek Hukum
Hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan perundangan-undanagan dalam bidang kesehatan yang mgengatur tentang pelayanan medic dan sarana medic (Wahyuningsih, 2008). Bidan memiliki kewenangan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia berdasarkan
:
1.    Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang ijin penyelenggara praktik Bidan pasal 9, 10 dan 13.
2.    KepMenKes RI No.369/MENKES/SK/III/2007 tentang standar Profesi Bidan pada kompetensi ke-3 yaitu Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi, deteksi dini,pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
3.    Standar pelayanan kebidanan yaitu standar 3 identifikasi ibu hamil, standar 4 pemeriksaan dan pemantauan antenatal, standar 5 palpasi abdominal, standar 6 pengelolaan anemia pada kehamilan.









BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY”S” UMUR 41 TAHUN G4 P2 A1 H2 UMUR KEHAMILAN 42+3 MINGGU DENGAN  SEROTINUS BPS SUKANI MUNGGUR SRIMARTANI PIYUNGAN BANTUL

No. Register                                                    :  327/07/BPS/2012
Masuk RS/PKM/BPM Tanggal/Pukul            : 22-12-2012/ 14.30 WIB
A.      PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul : 22-12-2012/ 14.35 WIB
1.      `Biodata                      Ibu                                          Suami
Nama                    :           Ny. S                                       Tn. M             
Umur                    :           41 th                                        38 th
Agama                  :           Islam                                       Islam
Suku/bangsa         :           jawa/indonesia                        jawa/indonesia
Pendidikan           :           SMU                                       SMP
Pekerjaan              :           Swasta                                     buruh
Alamat                  :  Kwasen Rt 03, Piyungan Bantul
B.       Data Subjektif
1.         Alasan datang/dirawat
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
2.         Keluhan utama
              Ibu mengatakan  kehamilannya sudah lewat waktu tidak sesuai dengan tanggal tafsiran persalinan yang diperkirakan
3.         Riwayat menstruasi
Menarche      : umur 12 tahun           Siklus              : 30 hari
Lama             : 7 hari                         Teratur             : teratur
Sifat darah    : merah                        Keluhan           :tidak ada
4.         Riwayat perkawinan
Status perkawinan    : Sah                Menikah ke     : 1(satu)
Lama                         :16 tahun        
Usia menikah pertama kali    :24 tahun
5.         Riwayat obstetrik : G4 P2.A1Ah2
Hamil ke
Persalinan
Nifas

Tahun
Umur kehamilan
Jenis persalinan
Penolong
Komplikasi
JK
BB lahir
Komplikasi
1.
1998
37 minggu
Spontan
bidan
Tidak ada
Laki-laki
3000 gram
Tidak ada
2.
2002
38 minggu
Spontan
bidan
Tidak ada
perempuan
2900 gram
Tidak ada
3.
2011
Abortus






4.
Hamil
Ini







6.         Riwayat kontrasepsi yang digunakan
No
Jenis kontrasepsi
Pasang
Lepas
Tahun
Oleh
Tempat
Keluhan
Tahun
Oleh
Tempat
Alasan
1
suntik
2002
bidan
BPS
Tidak ada
2011
bidan
BPS
Ingin punya anak

7.         Riwayat Kehamilan Sekarang
a.  HPM : 28-2-2012             HTP : 5-12-2012                    
b.  ANC pertama umur kehamilan    : 5 minggu
c.  Kunjungan ANC
1)   Trimester 1
·      Frekuensi                : 2 kali
·      Tempat                    : BPM, oleh bidan Sukani
·      Keluhan                  : Mual-mual dan pusing

1.    Nasehat  :
-       Ibu dianjurkan untuk tidak langsung bangun secara perlahan
-       Ibu dianjurkan untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering
-       Ibu dianjurkan untuk beristirahat yang cukup
-       Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
2.    Pengobatan        : Vit B6 100 mg 1 x 1 tablet / hari
 Vit C 100 mg 1 x 1 tablet / hari
2)   Trimester 2
·      Frekuensi                : 1 kali
·      Tempat                    : BPS
·      Keluhan                  : Sering BAK, cepat lelah,susah tidur, pegal-pegal pada punggung dan kaki.
1.    Nasehat  :
-       Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi protein yang cukup
-       Ibu dianjurkan untuk melakukan olahraga ringan, misalnya senam hamil
-       Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
-       Ibu dianjurkan untuk memeriksakan kehamilan secara rutin
-       Ibu dianjurkan untuk menjaga berat badan ideal selama kehamilan
2.    Pengobatan        : tablet Fe 1x1 malam hari, kalk 1x1 pagi hari.
3.      Trimester III
 Frekuensi : 5 kali
             Keluhan    : tidak ada
             Komplikasi: tidak ada
             Terapi       : momyland, LC
d.  Imunisasi TT : 2 kali                    
TT 1 : tanggal 25-7-2012
TT 2 : tanggal 15-8-2012
e.  Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
ibu mengatakan merasakan pergerakan janin 12x/ hari
8.         Riwayat kesehatan
a.    Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
 Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, hepatitis, jantung, diabetes, asma.
b.    Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit penyakit menular, menurun dan menahun seperti TBC, hepatitis, jantung, diabetes, asma
Riwayat keturunan kembar:
Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar
c.    Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi pada penyakit tertentu
d.   Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat tertentu
9.         Pola pemenuhan kebutuhan
Sebelum hamil                                                          Saat hamil
a.    Nutrisi
Makan                                                                 
Frekuensi              : 3 x/hari                                  4 x/hari
Jenis                     :(nasi,laukpauk,sayur,buah) (nasi,laukpauk,sayur dan buah)
Porsi                     : 1 piring sedang                      1 piring sedang
Pantangan                        : tidak ada                               tidak ada
Keluhan                : tidak ada                               tidak ada
Minum
Frekuensi              : 7-8 x/hari                               8-9 x/hari
Jenis                     : air putih, teh, susu                 air putih, teh, susu
Pantangan                        : tidak ada                               tidak ada
Keluhan                : tidak ada                               tidak ada
b.    Eliminasi
BAB                                                                    
Frekuensi              : 1 x/hari                                  1 x/hari
Warna                   : kuning kecoklatan                 kuning kecoklatan
Konsistensi           : lembek                                   lembek
Keluhan                : tidak ada                               tidak ada
BAK                                                                   
Frekuensi              : 4-5 x/hari                               6-7 x/hari
Warna                   : kuning jernih                         kuning jernih
Keluhan                : tidak ada                               tidak ada
c.    Istirahat
Tidur siang                                                          
Lama                    : 2 x/menit                               2 x/menit        
Keluhan                : tidak ada                               tidak ada
Tidur malam                    
Lama                    : 6 x/menit                               6 x/menit        
Keluhan                : tidak ada                               tidak ada
d.   Personal Hygiene
Mandi                   : 2 x/hari                                  2 x/hari                       
Ganti pakaian       : 2 x/hari                                  2 x/hari
Gosok gigi            : 2 x/hari                                  2 x/hari                       
Keramas               : 3 x/minggu                            3x/minggu
e.    Pola seksualitas
Frekuensi              : 2 x/minggu                            1 x/minggu
Keluhan                : tidak ada                               tidak ad                      
f.     Pola aktivitas
Ibu mengatakan melakukan aktifitas ibu rumah tangga seperti menyapu,memasak.mencuci dll. Ibu mengatakan selama hamil mulai mengurangi pekerjaan rumah dan di bantu oleh suami.
10.     Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu, minuman beralkohol)
Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok, minum jamu, minum beralkhohol
11.     Data psikososial
Hubungan ibu dengan keluarga, suami dan juga lingkungan baik-baik saja. Keluarga senang dengan kehamilan ibu.
12.     Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas)
Ibu mengatakan masa nifas adalah masa setelah melahirkan
13. Data Sosial Budaya
Ibu dan keluarga belum megadakan acara mandi-mandi pada usia kehamilan sekarang dan didalam kelurga tidak ada kebiasaan yang merugikan seperti memijat perut, dan meminum ramuan tradisonal.
C.       Data Objektif
1.         Pemeriksaan umum
Keadaan umum         : baik  
Kesadaran                 : composmentis
Keadaan emosional   : Stabil
Tanda vital                :
Tekanan darah          : 120/80mmHg            Nadi    : 80x/menit
Pernafasan                : 20x/menit                  Suhu    : 36°cx/menit
BB                            : 60 kg                         TB       : 153cm          
2.         Pemeriksaan Fisik
Kepala               :Rambut ibu berwarna hitam, rontok, tampak bersih dan tidak ada ketombe
Muka                 :Tidak ada closma gravidarum, tidak pucat dan  tidak oedema.
Mata                  :Sklera tidak kuning, konjungtiva tidak pucat, atau tidak anemia, bentuk mata simetris.
Telinga              :Simetris, tidak ada serumen dan cairan yang keluar.
Mulut                :Bibir pecah-pecah dan tidak ada sariawan, lidah bersih dan tidak kotor, gigi bersih, tidak ada caries  dentis dan gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah.
Leher                 :Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, maupun vena jugularis
Dada                 :Papilla mammae menonjol, Areola mammae berwarna kecoklatan / gelap,tidak ada benjolan abnormal, kolostrum belum keluar.
Abdomen      : tidak ada luka bekas operasi, perut nampak membesar sesuai dengan usia kehamilan.
-          Leopold I
TFU  33 cm, Pada bagian fundus teraba bagian yang lunak dan tidak melenting melenting (bokong),
-          Leopold II
Pada bagian kanan ibu teraba bagian-bagian keras, memanjang dan ada tahanan (punggung kanan).
Leopold III
 Pada bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting (kepala)
-          Leopold IV : Divergen
-          TBJ : 33 – (11) x 155= 3410 gram
-          DJJ                : 140x/menit
Ekstremitas      :
-          Atas
Tidak ada odema  maupun varises, dan pada kuku jari tidak pucat dan tampak bersih


-          Bawah
Tidak ada odema  maupun varises, dan pada kuku jari tidak pucat dan tampak bersih, Refleks patella : ( + ) kanan dan kiri
Genitalia        : Tidak dilakukan pemeriksaan.
1.      Pemeriksaan penunjang
a.       Pemeriksaan laboatorium
-     Hb                                : 11,5 gr%
-     Golongan darah           : B
-     Albumin                       : Tidak dilakukan pemeriksaan
II.           INTERPRETASI DATA
A.    Diagnosa kebidanan
Diagnosa    : Ny. “S” usia 41 tahun, G4P2A1H2, hamil 42 minggu 3 hari, janin hidup tunggal intra uteri dengan serotinus.
DS         :
-        Ibu mengatakan usia 41 tahun
-        Ibu mengatakan ini kehamilan ke 4, dan pernah abortus 1 kali
-        Ibu mengatakan  kehamilannya sudah lewat waktu tidak sesuai dengan tanggal tafsiran persalinan yang diperkirakan
-        Ibu mengatakan haid terakhir tanggal: 28-2-2012     

DO             :
Tekanan darah          : 120/80mmHg            Nadi    : 80x/menit
Pernafasan                : 20x/menit      Suhu    : 36°cx/menit
BB                            : 60 kg             TB       : 153cm
Dada               : Areola mammae berwarna kecoklatan / gelap
Abdomen      : tidak ada luka bekas operasi, perut nampak membesar sesuai dengan usia kehamilan.
-          Leopold I
TFU  33 cm, Pada bagian fundus teraba bagian yang lunak dan tidak melenting melenting (bokong)
-          Leopold II
Pada bagian kanan ibu teraba bagian-bagian keras, memanjang dan ada tahanan (punggung kanan).
-        Leopold III
 Pada bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting (kepala)
-          Leopold IV : Divergen
-          TBJ : 33 – (11) x 155= 3410 gram
-          DJJ                     : 140x/menit

III.        IDENTIFIKASI DAN ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak Ada
IV.        TINDAKAN SEGERA
Tidak Ada
V.           PERENCANAAN        Tanggal 22-12-2012    Pukul : 14.50WIB
1.    Informasikan kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan yang dilakukan.
2.    Jelaskan kepada ibu bahwa keadaan janinnya.
3.    Jelaskan kepada ibu akibat kehamilan lewat waktu.
4.    Melakukan konsultasi dengan dokter
5.    Anjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit.
6.    Rujuk pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang   adekuat.

VI.        PELAKSANAAN        Tanggal: 22-12-2012   Pukul : 14.55WIB
1.    Menginformasikan kepada ibu dan suami hasil pemeriksaan yang dilakukan bahwa keadaan ibu saat ini baik. TD : 120/80 mmHg
2.    Menjelaskan kepada ibu bahwa keadaan janinnya baik DJJ ( + ) frek : 140x/menit.
3.    Menjelaskan kepada ibu akibat kehamilan lewat bulan seperti :
a.  Pertumbuhan janin terhambat.
b.  Kematian janin.
c.   Air ketuban semangkin sedikit

d. Terjadi persalinan yang lama.
e.  Kekurangan oksigen pada bayi di kerenakan fungsi plasenta sebagai pemberi nutrisi dan pernapasan janin menurun.
f. Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
4.    Melakukan konsultasi dengan dokter
5.    Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit.
6.    Merujuk pasien ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang   adekuat.


VII.     EVALUASI                  Tanggal : 22-12-2012  Pukul : 15.00WIB
1.    Ibu mengerti hasil pemeriksaan yang dilakukan.
2.    Ibu mengerti keadaan janinnya saat ini baik.
3.    Ibu mengerti tentang akibat dari kehamilan lewat waktu.
4.    Telah dilakukan konsultasi dengan dokter
5.    Ibu dan keluarga bersedia melakukan persalinan di rumah sakit.
6.    Ibu bersedia di rujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang   adekuat.









BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Pengkajian
Penulis melaksanakan pengumpulan data secara mandiri, baik subyektif maupun obyektif.  Pada kasus ini didapatkan data subyektif  yaitu pada tanggal 22 Desember 2012 pada pukul 14.35 WIB, Ibu mengatakan Ibu mengatakan ini kehamilan ke 4, dan pernah abortus 1 kali, Ibu mengatakan  kehamilannya sudah lewat waktu tidak sesuai dengan tanggal tafsiran persalinan yang diperkirakan. Kemudian dilakukann anamnesa, ibu mengatakan bernama “Ny. S berusia 41 tahun, HPM : 28-2-2012. Data obyektif yang didapat adalah: Keadaan umum : baik, kesadaran :composmentis, Tekanan darah 120/80mmHg, Nadi 80x./menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu         36°cx/menit, BB 60 kg,TB 153cm.
Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, karena pada teori  Wafi (2009), dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi pasien dan pada lahan sudah dilakukan pengumpulan informasi tentang kondisi pasien.
B.     Interpretasi data
      Pada teori langkah kedua ini didapat dari pengkajian data dasar yang disimpulkan kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan menjadi diagnosa kebidanan dan diagnosa masalah.
Pada kasus ini ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Ny.SG4P2A1 H2 umur 41 tahun hamil 43+3  minggu janin hidup tunggal intra uteri dengan serotinus.
 Pada saat pengkajian diperoleh data dasar yaitu :


DS  :
-        Ibu mengatakan usia 41 tahun
-        Ibu mengatakan ini kehamilan ke 4, dan pernah abortus 1 kali
-        Ibu mengatakan  kehamilannya sudah lewat waktu tidak sesuai dengan tanggal tafsiran persalinan yang diperkirakan
-        Ibu mengatakan haid terakhir tanggal: 28-2-2012     

DO      :
Tekanan darah          : 120/80mmHg            Nadi    : 80x/menit
Pernafasan                : 20x/menit      Suhu    : 36°cx/menit
BB                            : 60 kg             TB       : 153cm
Dada               : Areola mammae berwarna kecoklatan / gelap
Abdomen      : tidak ada luka bekas operasi, perut nampak membesar sesuai dengan usia kehamilan.
-          Leopold I
TFU  33 cm, Pada bagian fundus teraba bagian yang lunak dan tidak melenting melenting (bokong)
-          Leopold II
Pada bagian kanan ibu teraba bagian-bagian keras, memanjang dan ada tahanan (punggung kanan).
-        Leopold III
 Pada bagian terendah janin teraba bulat, keras, melenting (kepala)
-          Leopold IV : Divergen
-          TBJ : 33 – (11) x 155= 3410 gram
-          DJJ                     : 140x/menit

C.    Identifikasi Diagnosa Potensial
Dalam kasus ini diagnose potensial tidak ada.


Tindakan antisipasi sangat penting agar diagnosa potensial tidak terjadi komplikasi. Dalam kasus ini tindakan antisipasi tidak dilakukan karena tidak ada diagnosa potensial. Pada langkah ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek.
1.        Perencanaan
Perencanaan yang dilakukan di BPS Sukani S.SiT pada ibu hamil dengan serotinus adalah:
a)      Beritahu ibu tentang hasil dari pemeriksaan
b)      Beri konseling tentang kecemasan
c)      Observasi vital sign
d)     Anjurkan ibu untuk istirahat/bedtres total (mondok)
e)      Memberikan ibu terapi obat sesuai dengan advis dokter
Pada perencanaan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek, karena memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, memberikan konseling, melakukan observasi, dan menganjurkan ibu untuk betres total dan memberikan terapi obat sudah dilakukan.

2.        Pelaksanaan

Dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan serotinus penulis telah melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan rencana yang dibuat, seperti :
a)      Memberitahu hasil pemeriksaan, kalau keadaan ibu lemah, sehingga ibu dianjurkan untuk istirahat total bedrest/mondok.
b)       Menganjurkan ibu untuk makan sedikit, dalam porsi kecil terlebih dahulu serta perbanyak minum.
c)      Menganjurkan ibu untuk menghindari makanan yang merangsang asam lambung seperti makanan yang mengandung banyak minyak, dan makanan yang berlemak.
d)     Melakukan kolaborasi dengan Sp.OG
e)      Memberikan terapi ranitidin. Vomilat, dan nofagreg

3.        Evaluasi

Langkah terakhir yang diambil dalam melaksanakan asuhan kebidanan dalam manejemen kebidanan menurut (Varney, 2007) adalah evaluasi. Dalam mengevaluasi hasil tindakan, bidan mengevaluasi hasil tindakan kebidanan yang telah diberikan. Dan pasien sudah merasa jelas tentang penjelasan yang telah diberikan oleh bidan. Evaluasi proses di lahan adalah setelah dilakukan pemeriksaan, ibu dan keluarga sudah tahu dan mengerti hasil pemeriksaan,serta bersedia melakukan persalinan di rumah sakit.







BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pengumpulan data dasar secara subyektif dan obyektif pada kasus serotinus sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
2.      Interpretasi data klien untuk kasus serotinus sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
3.      Penetapan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari ibu hamil dengan masalah serotinus sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
4.      Penetapan rencana asuhan kebidanan untuk kasus ibu hamil dengan serotinus sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
5.      Pelaksanaan tindakan untuk kasus ibu hamil dengan serotinus sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
6.      Evaluasi efektivitas asuhan yang diberikan dan memperbaiki tindakan yang dipandang perlu sudah dilakukan dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.


B.  Saran
1.      Bagi BPS Sukani S.SiT
Tenaga kesehatan dokter ataupun bidan dapat memberikan pelayanan yang komprehensif  pada ibu hamil dengan masalah patologis sesuai dengan kewenangan dan dapat memberikan tindakan promotif dan tindakan preventif  mengenai serotinus.
2.      Bagi pasien/ keluarga pasien
Pasien dapat meningkatkan kembali pengetahuan serta pemahaman mengenai masalah-masalah pada kehamilan yang tidak normal sehingga dapat mencegah terjadinya masalah atau kasus yang lebih berat lagi.
3.      Bagi penulia dan mahasiswa
Menambah sumber-sumber pustaka dalam penulisan laporan terutama sumber tentang serotinus serta dapat memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada ibu hamil dengan serotinus dan mampu memberikan penanganan yang tepat dan efisien








DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Meteri Ajar Penurunan Kematian Ibu Dan Bayi Baru Lahir. WHO-FKM UI. Jakarta.
Hidayat. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta; Salemba Medika.
Jepmenkes RI No.369/MENKES/SK/III/2007.  Jakarta: Dekes RI
Kusmiat, Y. 2008, Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya,
Manuaba, I. 2008. Pengkajian Kesehatan. Jakarta: EGC
Musliahtun, W.n, dkk .2009. Dokumentasi Pelayanan Kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya
Permenkes.No.1464/Menkes/2010. Standar Pratik Kebidanan.jakarta: Depkes RI.
Saifuddin,B.A.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo, Jakarta.
Sulistyawati, Ari. 2001.Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan, Jakarta : Salemba Medika.
Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia NO. 23/1992 Tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Wahyiningsih, 2008. Etika Profesii Kebidanan. Yogyakarta : fitramaya
Wiknjosatro, H. 2007, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Varney, H, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROGRAM KIA

BOUNDING ATTACHMENT