BBLR
1. Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR)
a. Pengertian
BBLR
Defenisi
bayi berat lahir rendah (BBLR) yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu:
BBLR didefenisikan oleh internasional classification of dieses dari Word Health
Organization (1961) sebagai kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram. BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat ahir kurang dari
2500 gram ( sampai dengan 2499 gram), (Saifuddin, 2001).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah
neonates dngan berat lahir pada saat keahiran kurang dari 2500 gram. WHO
menyebutkan bahwa semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari
2500 gram disebut low birth weight infants atau disebut dengan BBLR. Istilah
prematuritas telah diganti dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena
terdapat 2 bentuk penyebab kelahiran bayi dngan berat badan kurang dari 2500
gram yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup atau kombinasi dari keduanya
(Manuaba, 2010).
Dari beberapa defenisi bayi berat lahir
rendah (BBLR) tersebut dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
gestasinya.
b. Klasifikasi
BBLR
Berdasarkan Penanganan
dan harapan hidupnya, (1) bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-
2500 gram; (2) bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500
gram; dan (3) bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000
gram (Saifuddin, 2007). Bayi dengan berat lahir rendah mungkin premature
(kurang bulan) dan juga mungkin cukup bulan (dismatur). Kategori BBLR adalah
(Wiknjosastro, 2007)
1) Prematurita
murni
Prematurita
murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu. Prematurutas murni biasa disebut neonatus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB SMK). Pada bayi prematur mempunyai cirri-ciri antara lain: (1) berat lahir
sama dengan atau kurang dari 2500 gram; (2) panjang badan kurang atau sama
dngan 45 cm; (3) lingkar dada kurang dari 30 cm; (4) lingkar kepala kurang dari
33 cm; (5) umur kehamilan kurang dari 37 minggu; (6) kulit tipis ; (7) lanugo
banyak; (8) lemak subkutan kurang; (9) sering tampak peristaltic usus; (10)
tangisan lemah dan jarang; (11) pernafasan tidak teratur dan sering terjadi
apnea; (12) reflek tonik leher lemah dan reflek moro positif; dan (13) gerakan
otot jarang tetapi lebih dari bayi cukup bulan.
2) Dismaturitas
Dismaturitas
adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi
itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) (Manuaba, 2007). Dismatur dapat
terjadi dalam 3 kemungkinan, yaitu preterm (neonatus kurang bulan-kecil masa
kehamilan), term (neonatus cukup bulan-kecil masa kehamilan), dan postterm (neonatus
lebih bulan-kecil masa kehamilan).
Ciri-ciri
bayi dismaturitas antara lain: (1) berat kurang dari berat badan untuk masa
gestasinya; (2) umur kehamilan lebih kecil atau sama dengan 37 minggu; (3) kulit
kering keriput dan mudah diangkat; (4) lanugo sedikit; (5) lemak subkutan
kurang atau sedikit (6) panjang badan dan lingkar kepala normal pada umur
kehamilan lebih dari 37 minggu; (7) bayi kelihatan kurun dan lebih panjang.
Hasil penelitian menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah
sedangkan berat hati, limpa berkurang dibanding bayi premature dengan berat
yang sama ( Wiknjosastro, 2007).
c. Faktor-faktor
predisposisi terjadinya BBLR
Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR yaitu:
faktor ibu, factor uterus dan plasenta, faktor janin, faktor kebiasaan, faktor
tidak diketahui (Manuaba, 2010).
1) Faktor
ibu;
a) Malnutrisi
Kehamilan menyebabkan meningkatkan
metabolisme energi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan metabolisme ibu. Kekurangan zat
gizi tertentu yang diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak
sempurna dan BBLR.
b) Umur
Usia reproduksi sehat
bagi wanita adalah usia 20-35 tahun, karena pada usia tersebut sudah mengalami
kamatangan fungsi organ reproduksi. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun
organ reproduksinya belum matang dan belum berfungsi secara optimal untuk hamil
sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan janin. Sedangkan pada
usia lebih dari 35 tahun organ-organ tubuh sudah mengalami penurunan fungsi
sehingga ibu hamil pada usia tersebut dapat melahirkan bayi dngan BBLR. Hasil penelitian
mendapatkan 64% peningkatan kejadian persalinan premature pada populasi wanita
italia berusia 35 tahun atau lebih terutama pada primitua (Krisnadi, 2009).
c) Anemia
Anemia dalam kehamilan
akan menyebabkan resiko keguguran, persalinan premature, hambatan tumbuh
kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, hiperemesis gravidarum,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini dan pada saat persalinan dapat
mengakibatkan gangguan his-kekuatan mengejan, partus lama, retensio pasenta,
perdarahan post partum primer maupun sekunder (Wiknjosastro, 2008).
Sedangkan pengaruh anemia terhadap janin dapat
terjadi gangguan seperti: abortus, kematian intrauterine, persalinan
prematuritas tinggi, berat badan ahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat
terjadi cacat bawaan. Sekalipunn tampaknya janin mampu menyerap berbagai
kebutuhan dari ibunya tetapi dengan anemia dapat mengurangi kemampuan
metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Wiknjosastro, 2007).
Suplai zat-zat gizi ke
janin yang sedang tumbuh tergantung pada jumlah darah ibu yang mengalir
keplasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya. Efisiensi plasenta dalam
mengkonsentrasikan, mensintesis dan transport zat-zat makanan menentukan suplai
makanan ke janin. Pada ibu hamil yang anemia, pasikan oksigen, masukan nutrisi
berkurang sehingga akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
janin (Manuaba,2010).
d) Jarak
kehamilan terlalu dekat
Seorang ibu memerlukan
waktu 2-3 tahun antara kehamilan agar pulih secara fisologik dari persalinan
dan mempersiapkan diri untuk hamil berikutnya. Semakin pendek jarak kehamilan
antara dua kahiran semakin besar resiko melahirkan BBLR akibat komplikasi dari
perdarahan antpartum, dan anemia berat. Jarak kehamilan panjang berhubungan
dengan berkurangnya fungsi organ reproduksi ibu dan keelastisan otot-otot
(Manuaba,2010).
e) Penyakit
menahun ibu
Penyakit menahun ibu
seprti hipertensi, hipotensi, pre eklampsia, gangguan pembuluh darah, toksemia
gravidarum, penyakit ginjal, DM, penyakit paru, gizi buruk, penyakit jantung.
Penyakit tersebut bisa mengakibatkan BBLR karena fungsi jaringan plasenta
sering mengalami gangguan dan hambatan sehingga aliran darah ke spatium
intervillosum akan berkurang. Akibatnya suplai gizi untuk kebutuhab janin akan
terhambat dan terjadilah janin tumbuh lambat. Pada pre eklampsia dan klampsia
spasmus pembuluh darah yang mnyuplai ke uterus menyebabkan menurunnya aliran
darah dan oksigenasi ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta dan pertumbuhan janin terganggu sehingga
memudahkan terjadinya partus premature (Wiknjosastro, 2007).
f) Pendarahan
antepartum
Kurangnya suplay darah
dari ibu ke janin meenyebabkan kebutuhan oksigen dan nutrisi janin tidak
terpengaruhi. Oleh karena itu janin yang dilahirkan akan mengalami berat badan
rendah (Wiknjosastro,2007)
g) Pre
eklampsia-eklampsia
Salah satu perubahan
fisioogi-patoligi pada kehamilan dengan pre eklampsia-eklampsia adaah spasmus
pembuluh darah yang meyuplai ke uterus. Ini menyebabkan menurunnya aliran darah
ke plasenta mengakibatkan pertumbuhan janin terganggu. Kepekaan terhadap
perangsangan pada pre eklampsia dan eklampsia, memudahkan terjadinya partus
premature (Wiknjosastro, 2007).
2) Faktor
janin
Factor dari janin yang
dapat mempengaruhi terjadinya BBLR yaitu: cacat bawaan, kehamilan ganda,
hidramnion, ketuban pecah dini, kelainan kromosom.
a) Cacat
bawaan
Bayi dengan keainan
congenital yang berat sering mengaami retardasi pertumbuhan sehingga berat
badan lahirnya rendah. Kelainan congenital lebih sering terjadi di antara
bayi-bayi yang tumbuh lambat dan pada bayi yang tumbuh sesuai umur kehamilan (Wiknjosastro,
2007)
b) Kehamilan
ganda
Berat badan janin pada
kehamilan kembar lebih ringan dari pada janin pada kehamilan tunggal pada umur
kehamilan yang sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin
kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu kenaikan berat badan
lebih kecil, mungkin karena regangan yang berebihan menyebabkan peredaran darah
pasenta kurang. Umumnya berat badan bayi yang baru lahir pada kehamilan kembar
kurang dari 2500 gram (wiknjosastro, 2007).
c) Ketuban
pecah dini
Ketuban pecah dini
yaitu ketuban pecah sebelum dalam persalinan yaitu pembukaan 3 cm pada
primipara dan 5 cm pada multipara, walaupun ibu belum menunjukan gejala infeksi
intrauterine lebih dulu terjadi (amnionitis, vaskilitis) sehingga gejala ibu
baru dirasakan. Janin yang terinfeksi akan lahir tidak sempurna dengan berat
bayi lahir rendah (wiknjosastro,2007)
d) Kelainan
kromosom
Keainan kromosom akan
menyebabkan gangguan pada muskulus arterioli sehingga menimbulkan gangguan
sirkulasi darah retroplasenter dan janin tumbuh dalam bentuk kcil masa
kehamilan (KMK) (Manuaba, 2010)
3) Faktor
uterus dan plasenta
Hal ini berkaitan
dengan faktor-faktor lain yang dapat terjadi pada kondisi tersebut seperti
kecenderungan untuk hamil pada usia muda, tidak menikah, mengaami lebih banyak
stress, nutrisi yang kurang, tidak dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan,
merokok atau pemakaian obat-obatan dan kekerasan fisik. (Manuaba, 2010)
Faktor uterus dan
plasenta
a) Kelainan
pembuluh darah
Kelainan pembuuh darah
menyebabkan terjadi gangguan sirkuasi retroplasenter shingga menimbulkan
kekurangan nutrisi, oksigen dan lainnya. Akibatnya dapat menimbulkan tumbuh
kembang terhambat dan terjadi BBLR (Manuaba, 2010).
b) Insersi
tali pusat tidak normal
Insersi tali pusat
berada di luar pasenta, dan hubungan plasnta melalui selaput janin disebut
insersi velamentosa. Jika tali pusat berinsensi di luar plasenta, setiap
gerakan janin intrauterine dapat menimbulkan gangguan aliran darah menuju
janin. Sehingga plasenta tidak bisa mengusahakan janin tumbuh dengan baik, dan
berdampak bayi BBLR (Manuaba, 2010).
c) Uterus
bikornus
Ibu yang mempunyai
kelainan uterus bikornus akan menyebabkan pertumbuhan janin tidak maksimal di
rahim, dikarenakan uterus yang kecil sehingga pertumbuhan janin terganggu dan
mnyebabkan BBLR (Wiknjosastro, 2007)
d) Infark
plasenta
Kematian jaringan pada plasenta
menyebabkan sirkulasi sari-sari makanan ke janin terganggu. Oleh karena itu
pertumbuhan janin tidak sempurna (Wiknjosastro,2007)
Komentar
Posting Komentar